Senin 14 Mar 2022 06:07 WIB

Kemenkes Terus Pantau Perkembangan Terkait Varian Deltacron

Varian deltacron telah terdeteksi di Prancis, Denmark, Belanda, AS, dan Inggris.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan varian deltacron, yang telah terdeteksi di beberapa negara di Eropa dan merupakan gabungan mutasi delta dan omicron. Ilustrasi
Foto: www.pixabay.com
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan varian deltacron, yang telah terdeteksi di beberapa negara di Eropa dan merupakan gabungan mutasi delta dan omicron. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan varian deltacron. Varian deltacron telah terdeteksi di beberapa negara  Eropa dan merupakan gabungan mutasi delta dan omicron.

"Ini masih dimonitor perkembangannya karena belum ada bukti terkait peningkatan penularan, keparahan dan lainnya," kata Siti Nadia Tarmizi melalui aplikasi pesan di Jakarta, Ahad (13/3/2022).

Baca Juga

Sebelumnya, para ilmuwan mengonfirmasi keberadaan varian Covid-19 baru yang menggabungkan mutasi dari varian delta dan omicron. Varian itu, yang dijuluki "deltacron," dikonfirmasi melalui pengurutan genom yang dilakukan para ilmuwan di IHU Mediterranee Infection di Maseille, Prancis. 

Varian itu telah terdeteksi di beberapa wilayah Prancis. Kasus varian deltacron juga ditemukan di Denmark dan Belanda, menurut database internasional Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Secara terpisah, dua kasus teridentifikasi di Amerika Serikat dan dilaporkan 30 kasus teridentifikasi di Inggris. Varian tersebut adalah hibrida yang muncul lewat proses yang disebut rekombinasi, yakni dua varian virus menginfeksi individu secara bersamaan mengakibatkan bertukar materi genetik dan menciptakan varian baru.

Nadia mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan dan mendorong percepatan upaya vaksinasi Covid-19. "Ya artinya menghadapi apapun juga potensi penularan, percepatan vaksinasi booster dan primer harus disegerakan," ujar Nadia, yang juga menjabat Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes.

Pada Jumat (22/2/2022), Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan, deltacron merupakan varian baru gabungan BA.1 dan B.1617.2 yang telah memperoleh pengakuan dari otoritas berwenang di Inggris sebagai laporan yang sedang diawasi. Ia mengatakan, kemunculan varian Deltacron telah dilaporkan di Siprus sejak 2021.

Namun, kala itu, banyak yang menganggap virus tersebut hanya pencemaran di laboratorium. Kemudian pada 7 Januari 2022, 25 sekuen varian deltacron dikirim ke situs pengumpulan data global genom bernama GISAID.

"Deltacron baru ramai diperbincangkan pada Februari 2022," katanya melalui keterangan tertulis serta dikonfirmasi di Jakarta.

Pada awal Januari 2022, Tjandra mengatakan, WHO menyebut ada kemungkinan seseorang dapat terserang beberapa varian SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sekaligus. "Seperti juga mungkin saja seseorang terinfeksi Covid-19 dan juga pada saat yang sama terinfeksi Influenza," katanya.

Tjandra menambahkan, deltacron berbeda dengan delmicron yang sempat ramai diperbincangkan publik pada Desember 2021. "Delmicron yang tadinya disebut-sebut sebagai gabungan dari varian delta dan varian omicron ternyata tidak benar. Istilah Delmicron hanyalah bermula dari keterangan Dr Shashank Joshi, anggota satgas dari Negara Bagian Maharashtra di India yang kebetulan diwawancara media, bukan dalam bentuk tulisan ilmiah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement