Sabtu 19 Feb 2022 15:40 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Babel Peringkat Dua se-Sumatera

Pertumbuhan ekonomi Babel mencapai 6,32 persen atau di atas pertumbuhan nasional

Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Babel pada triwulan VI tahun 2021 menduduki peringkat dua se-Sumatera.
Foto: istimewa
Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Babel pada triwulan VI tahun 2021 menduduki peringkat dua se-Sumatera.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Babel pada triwulan VI tahun 2021 menduduki peringkat dua se-Sumatera.

"Pencapaian ini patut mendapatkan apresiasi seluruh pihak karena selain di posisi dua wilayah Sumatera, Babel juga menduduki peringkat sembilan se-Indonesia," kata Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Babel, Budi Widihartanto di Pangkalpinang, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga

Menurut dia, pencapaian tersebut merupakan prestasi yang sangat baik, karena pertumbuhan ekonomi mencapai 6,32 persen atau di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,02 persen. Hal ini juga didukung dengan pertumbuhan ekonomi global akibat percepatan vaksinasi dan keberlanjutan kebijakan fiskal yang ekspansif.

Ia menjelaskan, laju pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan IV 2021 tumbuh sebesar 6,32 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,09 persen (yoy). Dari sisi lapangan usaha, membaiknya kinerja perekonomian utamanya didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, perdagangan, dan pertambangan di tengah peningkatan harga logam timah global.

Dari sisi pengeluaran, kinerja perekonomian pada triwulan ini semakin membaik karena ditopang peningkatan ekspor luar negeri seiring dengan pemulihan ekonomi yang mendorong volume perdagangan global, serta peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan perbaikan lapangan usaha utama Babel.

Menurut Budi, ekonomi di Babel terus tumbuh dari tahun ke tahun, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,13 persen (2010-2021). Dalam 11 tahun terakhir terjadi perubahan pangsa lapangan usaha utama, pangsa lapangan usaha industri pengolahan dan pertambangan mengalami penurunan, sedangkan lapangan usaha sektor pertanian, perdagangan, dan konstruksi mengalami peningkatan yang signifikan.

Sementara itu, Inflasi di Babel juga terus menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun. Tercatat pada Januari 2022, Babel mengalami inflasi sebesar 0,97 persen (mtm), secara tahunan mengalami inflasi 3,60 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan capaian inflasi nasional dan wilayah Sumatera.

"Inflasi di Babel rendah dan stabil menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah itu," ujarnya.

Ia mengatakan, inflasi pada Januari 2022 utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Terbatasnya pasokan sejumlah komoditas utama disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang mendukung pada awal tahun 2022.

Selain itu, kebijakan pemerintah seperti penyesuaian tarif LPG nonsubsidi pada akhir 2021 juga turut andil mendorong laju inflasi Januari 2022 di Babel. "Berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya, beberapa komoditas yang kerap menjadi penyebab inflasi menjelang Natal dan tahun baru, antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, ikan, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan angkutan udara," kata Budi.

Pihaknya memprediksi inflasi Babel pada tahun 2022 diproyeksikan masih berada pada rentang target inflasi nasional yaitu 3,1 persen dengan tekanan yang cenderung melambat dari 2021. Tekanan inflasi pada tahun 2022 diprediksi melambat sejalan dengan adanya normalisasi harga komoditas dan baseline effect 2021.

"Tantangannya seperti kenaikan biaya sarana produksi impor, kenaikan harga pakan ternak, dan berlalunya masa panen komoditas bawang merah serta penurunan produksi aneka cabai akibat faktor cuaca," katanya.

Di samping itu, faktor lain penekan inflasi pada tahun 2022 adalah kenaikan harga beras yang dipicu rendahnya panen pada November-Desember 2021 disertai dengan terjadinya bencana hidrometeorologi, kenaikan cukai rokok sebesar 12 persen, pasokan gula pasir nasional mengalami penurunan seiring dengan belum dimulainya musim giling 2022, serta ketersediaan pasokan bawang merah mengalami penurunan sehingga harga cenderung meningkat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement