Sabtu 19 Feb 2022 14:43 WIB

Harga Kedelai di Lampung Naik, Kini Rp 12 Ribu per Kilogram

Naiknya harga kedelai sudah terjadi sejak dua pekan lalu secara bertahap.

Pekerja memasukkan kedelai ke dalam karung di Pabrik Tahu NJ, Jalan Terusan Pasirkoja, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Rabu (16/2/2022).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja memasukkan kedelai ke dalam karung di Pabrik Tahu NJ, Jalan Terusan Pasirkoja, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Rabu (16/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Harga komoditas kedelai di tingkat pedagang dan distributor di Lampung mengalami kenaikan. Kini harga kedelai sebesar Rp 12.000 per kilogram selama sepekan terakhir.

"Harga kedelai semakin naik, saat ini untuk partai besar di jual Rp 11.200 per kilogram, sedangkan untuk tingkat pengecer Rp 12.000 per kilogram," ujar salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Pasir Gintung, Titin, di Bandarlampung, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, sebelumnya kedelai sebagai salah satu bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu itu di jual dengan harga Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kilogram. "Naiknya ini bertahap dari Rp 6.000 baik ke Rp 8.000, untuk kenaikan sampai di harga Rp 10 ribu atau Rp 11.200 per kilogram sudah terjadi sejak satu pekan terakhir, dan sekarang ke harga Rp 12.000 per kilogram," katanya.

Menurutnya, dengan adanya kenaikan tersebut banyak pedagang tempe dan tahu yang mengeluhkan tingginya biaya pembelian bahan baku. "Kalau saya tidak memasok banyak, dua pekan hanya 2 ton saja, saat ada kenaikan ini banyak pedagang tempe dan tahu mengeluh. Dan di kita pun penjualan menurun 30 persen dari biasanya," ucapnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Ida salah seorang marketing distributor kedelai asal Kota Bandarlampung. "Di UD Sastro Simpo ini harga kedelai per karung naik menjadi Rp 11.300 per kilogram sampai Rp 12.000 per kilogram, nanti hari Senin bisa ganti harga melonjak lagi," kata Ida.

Dia menjelaskan, di kondisi biasa dengan harga normal pasokan kedelai di tempatnya di jual Rp 9.000 per kilogram. "Naiknya harga kedelai ini sudah dua pekan lebih, kalau berdasarkan informasi dari pemasok karena di Brasil gagal panen. Tapi kedelai impor ini memang sangat terpengaruh dengan kondisi di negara importir dan juga naik turunnya dolar jadi riskan naik," ucapnya lagi.

Ida mengatakan, akibat adanya kenaikan harga tersebut pihaknya mengalami penurunan penjualan, dimana dalam sepekan biasa mendistribusikan 50 ton kedelai, saat ini hanya 10 hingga 20 ton tiap pekannya. "Biasa 50 ton bisa terjual, sekarang hanya 10 sampai 20 ton. Kita tidak kesulitan dapat pasokan tapi kesulitan menjualnya karena harga mahal," katanya pula.

Dirinya berharap adanya kenaikan harga kedelai yang telah terjadi dalam beberapa pekan ini dapat segera diatasi oleh pemerintah, agar memperlancar perekonomian masyarakat terutama perajin tempe dan tahu. "Harapannya harga stabil, kasihan perajin tempe dan tahu. Kalau produk tempe di perkecil tidak laku dijual, tapi di sisi lain harga bahan bakunya melambung tinggi," ujarnya lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement