REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Dian Fath Risalah, Dessy Suciati Saputri
Kenaikan kasus Covid-19 masih terus terjadi. Di sejumlah daerah Pertemuan Tatap Muka (PTM) masih terus digelar meski kapasitasnya tidak 100 persen lagi seiring kenaikan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengingatkan potensi penularan Covid-19 pada anak semakin meningkat, terutama setelah PTM di sekolah. "Jangan mengira Covid-19 hanya terjadi pada orang dewasa melainkan juga lanjut usia (lansia), termasuk juga anak-anak. Apalagi Omicron lebih menular di tengah penerapan PTM yang belakangan ini (kapasitasnya) sudah 100 persen," ujar Erlina saat mengisi konferensi virtual bertema Webinar Update Tata Laksana Covid-19, Rabu (9/2/2022).
Ia mengingatkan per 3 Januari 2022 sudah ada surat keputusan bersama (SKB) empat menteri yang mengatur PTM terbatas. Padahal, penularan Covid-19 di Indonesia kini meningkat dan varian Omicron cepat menularkan virus saat anak-anak belajar di sekolah.
Terkait gejala, ia menjelaskan sebenarnya Omicron dan varian lainnya sama saja, ada yang bergejala dan ada yang tidak. "Cuma ada gejala (Omicron) yang agak berbeda. Kalau dulu umumnya demam, kemudian sekarang nyeri tenggorokan, batuk, hidung tersumbat," katanya.
Gejala Omicron, menurut Erlina, dibagi menjadi ringan, sedang, berat, dan kritis. Dia melanjutkan, yang berbahaya adalah kasus Covid-19 pada anak bisa menimbulkan gejala berat atau kondisi fatal.
Terkait manifestasi gejala klinis, ia mengakui bisa beragam. Jika gejala ini ditemukan pada orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti hipertensi, diabetes mellitus, geriatri, autoimun, ginjal, gagal jantung maka biasanya komorbid membuat Covid-19 menjadi parah hingga menimbulkan kematian.
Tak hanya itu, ia menyebutkan penyakit kardiovaskular akut juga mengakibatkan terjadi perburukan kondisi klinis di rumah sakit.
"Kalau memenuhi kriteria maka akan dirawat di ruang intensif (ICU), tetapi tentu saja ini meningkatkan angka mortalitas. Jangan sampai pasien-pasien ini masuk ICU karena angka kematiannya tinggi," katanya.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengingatkan orang tua untuk mewaspadai anak ketika menunjukkan gejala batuk, pilek, serta nyeri tenggorokan. Karena, gejala khas Omicron lebih banyak menyerang saluran pernapasan atas daripada paru-paru.
"Sebagian besar dari saluran pernapasan, batuk, pilek, nyeri tenggorokan. Sama seperti flu biasa. Kalau ketemu anak batuk pilek, badan anget waspada tertular varian Omicron," kata Piprim dalam konferensi pers secara daring.
Piprim mengungkapkan, banyak anak-anak yang juga tidak menunjukan gejala saat terpapar Covid-19, khususnya varian Omicron yang memang lebih sering tak bergejala. Oleh karenanya, orang tua diharapkan menjaga anak-anak agar tidak tertular Covid-19.
"Pada anak banyak juga yang OTG, karena itu penting vaksin kepada anak-anak. Tidak ada gejala apa-apa tapi nanti dia menularkan ke mana-mana, ke opung, eyangnya,"terang Pimprim.
Secara umum, gejala Covid-19 pada anak tergolong ringan. Namun, tak menutup kemungkinan menjadi kondisi yang berat.
"Karena saya pernah menemukan pasien kontradiktas jantung yang sangat menurun pasca terkena Covid-19 atau disebut MISC. Juga ada pasien menjadi diabetes pasca terkena Covid. Memang kejadiannya tidak banyak tapi kita tetap waspada, mencegah anak terkena Omicron ini," pesan dokter ahli jantung anak ini.