REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Terdapat sekitar 12,4 ton suplai oksigen yang telah disiapkan pemerintah untuk menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang diperkirakan pada akhir Februari nanti. Saat ini, pemerintah telah menyiapkan 16 ribu konsentrator oksigen dan 31 generator oksigen.
"Belajar setidaknya dari situasi delta kita siapkan supply oksigen kesiapan isotank, suplai 12,4 ton oksigen perhari, 31 generator juga sudah dipasangkan, kecukupan obat-obatan termasuk adanya molnupiravir dan favipiravir," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PL) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, dalam diskusi daring dikutip Ahad (6/2/2022).
Nadia berharap dengan kesiapan saat ini kebutuhan oksigen saat puncak kasus nanti bisa dihadapi. Diketahui pada Juni-Juli tahun lalu kebutuhan oksigen per harinya pernah mencapai angka 800 ton per harinya.
Terkait obat-obatan, Nadia meminta kepada masyarakat untuk tidak menimbun stok obat di rumah. Hal ini lantaran stok obat di fasilitas kesehatan cukup memadai.
"Tidak perlu stok obat masing-masing, bahkan stok favipiravir saat ini ada 88 juta, sudah didistribusi 22 juta melalui telemedisin, obat-obat ini sempat langka saat puncak delta, tapi semoga tid akdibutuhkan saat puncak kasus omicron," tutur Nadia.
Nadia melanjutkan, meski kecepatan penularan dari varian Omicron ini lebih cepat daripada varian of concern COVID-19 yang lain. Namun kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah.
Menurut dia, hal ini dapat terlihat dari kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional masih sangat rendah. Rata-rata pasien yang dirawat di rumah sakit saat ini juga tidak bergejala dan gejala ringan.
“Dari data yang kita miliki, meski secara tren kenaikan kasus varian Omicron ini ada kemiripan dengan Delta, namun angka keterisian tempat tidur rumah sakit jauh lebih landai,” tutur Nadia.
Nadia menyampaikan bahwa pemerintah menghimbau masyarakat yang positif Covid-19 namun tidak bergejala ataupun bergejala ringan tidak perlu ke rumah sakit.
Dia mengimbau agar cukup melakukan isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat, serta memanfaatkan layanan telemedisin jika tersedia, atau melapor ke Puskesmas terdekat.
“Dengan demikian kita dapat mengurangi beban rumah sakit dan tenaga kesehatan, serta membantu menyelamatkan orang lain yang memiliki gejala sedang hingga kritis,” terang Nadia.