REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sebanyak 88 warga Kabupaten Lebak, Provinsi Banten terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD) sepanjang Januari 2022. Hanya saja, penyakit itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
"Semua penderita pasien DBD itu bisa ditangani tenaga medis di puskesmas dan RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, "kata Kepala Seksi Pemberantasan Pencet Penyakit Menular Dinas Kesehatan (P3M Dinkes) Kabupaten Lebak, Rohmat di Kabupaten Lebak, Jumat (4/2/2022).
Penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Lebak sepanjang Januari 2022 melonjak. Mereka warga yang terserang DBD itu tersebar di sejumlah kecamatan. Penyebaran endemik DBD akibat buruknya kebersihan lingkungan di masyarakat, sehingga berpotensi berkembangbiaknya populasi nyamuk Aedes aegepty.
Kebanyakan mereka yang terserang DBD warga yang tinggal di permukiman padat penduduk. "Kami tidak henti-hentinya menyosialisasikan pencegahan penyakit DBD itu, terlebih curah hujan meningkat," kata Rohmat.
Menurut dia, penyebaran DBD itu akibat lingkungan yang tidak bersih sehingga berkembangbiaknya nyamuk pembawa virus DBD. Masyarakat harus berperan aktif untuk mengoptimalkan budaya gotong royong dengan melaksanakan kegiatan kebersihan lingkungan dan gerakan menguras, menutup, dan mengubur (3M) untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Selain itu, juga perlu pemberian abatesasi untuk membunuh jentik-jentik nyamuk DBD. Tindakan pengasapan (fogging), kata Rohmat, ternyata belum efektif untuk memutus mata rantai penyebaran DBD. "Saya menilai untuk memutus mata rantai penyebaran DBD itu melalui PSN, karena dapat mematikan jentik-jentik nyamuk dan tidak berkembang biak," ujarnya.
Dia mengatakan, selama ini curah hujan di Kabupaten Lebak terus meningkat. Sehingga hal itu menimbulkan genangan, terutama di tempat barang bekas, bak mandi, kolam ikan, dan lainnya. Kondisi itu membuat populasi nyamuk DBD bertambah, karena berada di air bersih dan tidak menyentuh tanah. "Populasi nyamuk DBD itu berkembang pada genangan air bersih," ujar Rohmat.