REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu menyoroti kesulitan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat selama pandemi Covid-19. Hal ini semakin diperparah oleh kenaikan harga barang pokok sejak akhir 2021 dan awal 2022.
"Hari-hari ini rakyat semakin sulit dan menjerit betapa susahnya kehidupan ekonomi mereka. Janganlah pemerintah menambah beban kebijakan yang semakin memberatkan beban kehidupan mereka," ujar Syaikhu dalam pidato penutupan rapat kerja nasional (Rakernas) PKS, Rabu (2/2).
Harga minyak goreng yang semakin mahal dan langka sangat memberatkan ekonomi masyarakat. Hal tersebut semakin memprihatinkan ketika Indonesia sebenarnya adalah salah satu negara pengekspor minyak kelapa sawit mentah yang merupakan bahan baku minyak goreng.
"Ini tentu memprihatinkan karena Indonesia adalah salah satu negara pengekspor minyak kelapa sawit mentah terbesar di dunia, tetapi justru mengalami masalah minyak goreng," ujar Syaikhu.
Pemerintah, kata Syaikhu, harus lebih memperhatikan kesulitan yang dihadapi masyarakat selama pandemi Covid-19. Jangan justru pemerintah menjadi pihak yang menyulitkan hidup masyarakat, demi memperkaya sekelompok pihak.
"Dengarkan suara hati para pelaku usaha UMKM yang banyak gulung tikar karena pandemi. Bahkan bukan hanya didengarkan, tetapi perjuangkan dengan segenap tenaga dan pikiran bahwa hak-hak mereka harus dilindungi oleh negara," ujar Syaikhu.
Sementara itu, anggota DPR Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin menyoroti kenaikan harga pangan di berbagai komoditas. Ia meminta agar pemerintah menemukan solusi konkrit dan tidak menyalahkan satu sama lain.
"Persoalan harga pangan ini ketika pemerintah dikritisi, sebagai contoh Kementerian Pertanian, maka akan ada pendapat yang berkelit bahwa persoalan harga ini tanggung jawab Kementerian Perdagangan," ujar Andi.
Ia menyampaikan data Badan Pusat Statistik (BPS), komoditas penyumbang utama inflasi adalah cabai rawit, minyak goreng, dan telur ayam ras. Cabai rawit menyumbang 0,11 persen, minyak goreng sebesar 0,8 persen, dan telur ayam ras sebesar 0,05 persen terhadap inflasi pada Desember 2021.
"Harap-harap rakyat pada penurunan harga pangan ini sudah terlalu lama hingga berganti tahun, karena mereka telah mengalami penurunan daya beli sebagai dampak akibat pandemi Covid-19 yang tidak kunjung selesai," ujar Andi.
Ia menjelaskan, momen Natal dan Tahun Baru mengakibatkan komoditas makanan dan minuman jadi penyumbang utama inflasi. Namun, bila pondasi ekonomi kerakyatan kuat, hal tersebut tidak akan terlalu menjadi gejolak yang berarti.
"Permintaan produk pangan yang melonjak, namun suplainya terkontraksi semestinya akan cepat teratasi dan tidak berlarut-larut," ujar Akmal.