Sabtu 29 Jan 2022 16:38 WIB

Zulhas: Bernegara tak Bisa Dikerjakan dengan Fanatisme Tanpa Mengayomi

Zulhas menilai sudah saatnya membumikan Islam tengah, konsep keislaman dan kebangsaan

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, menyampikan sambutan di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kantor DPP PAN, Warung Buncit, Jakarta, Selasa (26/10).
Foto: Istimewa
Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, menyampikan sambutan di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kantor DPP PAN, Warung Buncit, Jakarta, Selasa (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyampaikan Pidato Kebudayaan bertajuk 'Indonesia Butuh Islam Tengah' yang diselenggarakan di Auditorium Utama Perpustakaan Nasional RI. Acara tersebut dihadiri puluhan tokoh politik, tokoh intelektual, tokoh agama hingga tokoh pers dan budaya.

Dalam pidato kebudayaannya, Zulkifli menyampaikan pentingnya positioning Islam yang moderat atau Islam Tengah di Indonesia. Posisi ini untuk dipahamkan kembali kepada publik luas, termasuk kepada para tokoh politik, tokoh bangsa, tokoh pers hingga tokoh budaya.

Baca Juga

“Sehingga semangat berislam tidak dicurigai sebagai sikap keras atau radikal, pada saat yang sama sikap toleran juga tidak berarti mengabaikan batas-batas yang telah ditetapkan dalam agama. Bernegara tidak bisa dikerjakan dengan fanatisme tanpa mengayomi yang berbeda," kata Zulkifli, Sabtu (29/1/2022).

Menurut Wakil Ketua MPR itu, posisi agama dan negara belakangan ini kembali dipersoalkan, padahal hal tersebut merupakan diskusi yang sudah selesai. Hubungan antara agama dan negara dalam konsep Indonesia bersifat simbiotik menjadi fusi sinergis yang harmonis.

Ia menambahkan munculnya perbenturan-perbenturan yang belakangan terjadi akibat digunakannya politik identitas harus diantisipasi, tafsir beragama dalam politik harus bisa mengayomi, mendamaikan berada di tengah. Publik Islam perlu memahami dan mengimplementasikan cara beragama yang tengahan atau moderat.

"Sudah saatnya kami membumikan kembali Islam tengah, menjadikannya perbincangan publik Islam yang utama. Islam tengah merupakan sebuah konsep keislaman dan jalan kebangsaan yang perlu menjadi panduan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari," kata Zulhas.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menilai pidato kebudayaan yang disampaikan Zulhas ini memiliki peran yang penting. "Bisa mengikis politik identitas dan meningkatkan kualitas demokrasi kami," katanya.

Sementara, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menuturkan, jarang ada tokoh politik, ketua umum parpol yang menyampaikan pidato kebudayaan. “Ini merupakan sesuatu yang sangat baik dan perlu kami apresiasi. Pak Zul membawa politik yang berorientasi kebudayaan. Kebudayaan adalah sumber nilai-nilai luhur, tidak semata berorientasi pada kekuasaan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement