REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Angka kasus positif Covid-19 di Indonesia pada Jumat (28/1), kembali naik menjadi 9.905 kasus. Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 4.319.175 kasus.
Sementara kasus pasien meninggal bertambah tujuh kasus pada hari ini, dan kasus sembuh bertambah 2.028 kasus. Dari penambahan itu, DKI Jakarta menyumbang penambahan tertinggi sebanyak 4.558 kasus.
Kenaikan kasus baru konfirmasi merupakan implikasi dari peningkatan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia. Di mana, sejak 15 Desember hingga Rabu (26/1) secara kumulatif tercatat 1.988 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, berdasarkan data hingga Selasa (25/1/2022), menunjukkan bahwa dari 372.680 sampel sekuen yang dimasukkan ke GISAID dari berbagai negara di dunia berdasar spesimen yang dikumpulkan dalam 30 hari terakhir, maka 332.155 (89,1 persen) adalah Omicron.
"Jadi memang paling banyak dari yang dimasukkan ke GISAID. Lalu disusul berturut oleh: varian Delta, 39.804 sampel sekuen (10,7 persen), varian Gana 28 (<0,1 persen), varian Alfa 4 (<0,1 persen), varian lain yaitu Mu dan Lambda yang tergolong dalam VOI sebanyak 2 sekuen (<0,1 persen)," ungkap Tjandra, Jumat (28/1).
Tjandra menuturkan, saat ini juga sedang banyak dibicarakan tentang BA.2, salah satu jenis varian Omicron. Varian Omicron memang meliputi jenis B.1.1.529, BA.1, BA.2 dan BA.3.
"Data GISAID pada 25 Januari 2022 menunjukkan 98,8 persen di antara data yang ada di mereka adalah BA.1, walaupun jumlah negara yang melaporkan BA.2 juga terus makin meningkat," terangnya.
Bahkan, lanjut Tjandra, menurut berita di media maka sudah mulai ada BA.2 Omicron di Indonesia, yang tentu perlu dilakukan berbagai analisa kemungkinan dampaknya. Perlu diketahui bahwa BA.2 dikenal sebagai 'stealth Omicron' atau Omicron yang 'menipu', khususnya karena adanya delesi fenomena S gene target failure – SGTF.
"Sehingga dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang kini justru mulai diperbanyak dinegara kita. Sekarang memang jumlah BA.2 masih amat kecil, tapi kalau jumlahnya makin banyak maka bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kebijakan yang perlu diambil," terangnya.
"Di beberapa negara maka BA.2 ini makin meningkat, seperti di India, Filipina dan juga mulai ada laporan antara lain dari Denmark, Inggris dan Jerman," tambah Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.
In Picture: Kasus Baru Covid-19 Naik Lagi, 90 Sekolah di Jakarta Kembali Ditutup