REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Harga minyak goreng di beberapa pasar induk maupun pasar tradisional di Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga kini masih variatif di atas Rp 20 ribu per liter.
Pantauan di pasar Baruga dan pasar Basah Mandonga Minggu, para pedagang masih menjual antara Rp 20 ribu hingga Rp 22 ribu per liter untuk minyak goreng bermerek. Sementara untuk minyak goreng curah antara Rp 16 ribu hingga Rp 17 ribu per liter.
"Penjualan minyak goreng di atas ketentuan pemerintah ini, karena merupakan stok pembelian lama yang kami jual. Kalau aku jual di bawah Rp 20 ribu kami akan rugi," kata Ruslan (42 tahun), salah satu pedagang sembako setempat.
Ia mengatakan, walaupun ia sudah mengetahui adanya kebijakan pemerintah terkait harga minyak goreng sebesar Rp 14 ribu per liter, namun para pedahang tetap mematok harga di atas Rp 20 ribu untuk minyak goreng bermerek. "Setelah stok pembelian yang lama sudah berkurang, maka tentu kami pun langsung menyesuaikan dengan penurunan harga yang ditetapkan pemerintah yakni Rp 14.000 per liter," ujar Asnia pedagang sembako lainnnya.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengimbau masyarakat agar tidak panik atau berlomba-lomba membeli minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter yang disetarakan secara nasional. "Masyarakat tidak perlu membeli minyak goreng kemasan secara berlebihan, sebab sudah tugas pemerintah untuk menstabilkan harga dan menyediakab stok bila terjadi gejolak harga yang berlebihan," kata Sulkarnain.
Ia mengatakan, sepanjang persediaan minyak goreng tersedia, maka Pemkot Kendari tidak mempersoalkan. Apalagi harga minyak goreng Rp 14 ribu per liter itu adalah kebijakan pemerintah pusat.
Untuk memastikan harga minyak goreng tetap stabil, makan dalam waktu singkat Pemkot Kendari akan melakukan operasi pasar bersama sejumlah pihak seperti dinas perdagangan kota. Termasuk akan melakukan koordinasi dengan sejumlah distributor sembako.