REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA - Indonesia bekerja sama dengan Korea Selatan membangun pabrik Bio Test Kit PT Standard Biosensor (SD Biosensor). Pabrik yang dibangun di Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat itu diresmikan pada Kamis (20/1/2022), guna mendukung kebutuhan akan peralatan kesehatan, seperti produk atau alat uji diagnostik kesehatan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, salah satu yang menjadi target dari Presiden Joko Widodo adalah transformasi kesehatan di sistem ketahanan kesehatan. Sehingga, ketika terjadi bencana atau pandemi lagi, Indonesia tidak gagap dan sudah siap.
"Salah satu komponen penting adalah supply ujung ke ujung, produksi lokal dari alat kesehatan, alat testing dan obat-obatan, dan Indonesia pun telah melakukan pendekatan ke banyak perusahaan dunia agar bisa bangun pabrik di Indonesia," kata Budi.
Oleh karenanya, mantan wakil menteri BUMN itu menyampaikan terima kasih kepada SD Biosensor yang telah merespons dan membangun pabrik di Indonesia. Budi pun meminta agar produksi alat testing terus diperluas dan diperbanyak.
"Terima kasih SD Biosensor merespons dan membangun pabrik testing. Saya meminta agar dapat diperluas alat testing-nya, tidak hanya Covid-19, TBC, Malaria, DBD, HIV. Kalau bisa penyakit tidak menular seperti kanker juga bisa," tutur Budi.
Budi melanjutkan, bermitra dengan perusahaan nasional PT Standard Biosensor Healthcare, kehadiran SD Biosensor di Tanah Air akan menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki pabrik alat diagnostik kesehatan dengan lini produk dan tahapan proses produksi terlengkap. Tujuan didirikannya pabrik ini adalah untuk memenuhi permintaan akan produk/alat diagnostik kesehatan dalam negeri, dan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam memperbaiki dan mengembangkan pelayanan kesehatan di Indonesia.
"Semoga ke depannya SD Biosensor terus memegang komitmennya dan menjadikan Indonesia sentra produksi alat diagnostik di Asia Tenggara," Kata Budi.
SD Biosensor menargetkan produksi 100 juta buah test-kit pada tahun ini. Bahkan, target jumlah produksi akan berlipat ganda pada 2023, yaitu 200 juta buah test kit per tahun.
Cho Youngshik selaku Chairman SD Biosensor, mengatakan, kehadiran SD Biosensor di Indonesia telah mempertimbangkan berbagai aspek, seperti keandalan teknologi Korea, kondisi pasar Indonesia serta berbagai tantangan kesehatan yang dihadapi Indonesia.
“SD Biosensor dan PT Standard Biosensor Healthcare berupaya untuk turut berkontribusi mengatasi masalah yang disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sudah diprediksi di masa yang akan datang, dan menjalin hubungan kerja sama yang lebih erat antara Korea dan Indonesia, agar dapat berkembang menjadi mitra yang baik di masa yang akan datang. Kami berharap PT Standard Biosensor Healthcare dapat menjadi perusahaan yang dapat memberi banyak kontribusi,” tutur Cho Youngshik.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia, Park Tae-sung, berharap, dengan kerja sama ini dapat menjadikan produksi massal ‘bio test-kit’ secara domestik di Indonesia. Karena, untuk mengatasi pandemi Covid-19, hal terpenting yang harus dilakukan adalah membangun solidaritas dan kerja sama antarnegara.
"Seperti pepatah yang berbunyi ‘teman sejati adalah teman yang ada pada saat dibutuhkan’, Korea dan Indonesia terus bergandengan tangan dan bekerja sama dalam bidang kesehatan dan medis, khususnya pada saat-saat kritis akibat Covid-19,” ujarnya.
Tidak seperti kebanyakan produk diagnostik kesehatan lain yang beredar di Indonesia, SD Biosensor dan PT Standard Biosensor Healthcare bertekad melokalisasi produk dengan teknologi Korea. Umumnya produk diagnostik kesehatan di Indonesia merupakan produk impor setengah jadi atau produk rakitan.
Sementara SD Biosensor dan PT Standard Biosensor Healthcare memproduksi dari bahan baku sampai menjadi produk jadi. Saat ini, bahan baku utamanya memang masih diimpor dari Korea Selatan.
Dalam lima tahun kedepan, kedua perusahaan menargetkan akan membangun pusat pengembangan dan penelitian (R&D center) sendiri yang akan bekerja sama dengan berbagai universitas, lembaga pendidikan kesehatan dan lembaga kesehatan di Indonesia dalam mengembangkan alat diagnostik dengan strain khusus Indonesia dan memproduksi bahan baku secara mandiri.