Kamis 02 Feb 2023 23:29 WIB

Menkes Budi Gunadi Jadikan RSUD Tulungagung Percontohan Nasional

Menkes Budi beri kredit tinggi tata kelola layanan perumahsakitan RSUD dr Iskak

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Foto: Republika/Prayogi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memberi kredit tinggi terhadap tata kelola layanan perumahsakitan di RSUD dr Iskak Tulungagung yang dinilai sudah modern dan transparan, sehingga akan dijadikan "role model" atau percontohan nasional.

"Saya sudah dengar prestasinya banyak, layanan ke masyarakatnya baik, teknologi informasimya baik, saya mau lihat sendiri," kata Menkes Budi Gunadi saat melakukan kunjungan kerja ke RSUD dr. Iskak Tulungagung, Kamis.

Menurut Menkes, tata kelola pelayanan di RSUD dr, Iskak sudah seperti yang diharapkan, terutama dalam pemberlakuan sistem tarif dan pemberian tunjangan kepada para nakes (tenaga kesehatan) beserta seluruh SDM pendukung, berbasis cost unit (satuan harga) baik yang berkaitan dengan jasa medis, obat, fasilitas penunjang maupun unsur-unsur biaya lain yang semuanya terukur dan memiliki patokan tarif yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.

RSUD dr. Iskak terletak di wilayah paling selatan Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Letaknya yang jauh dari ibu kota tak membuat kota ini "terbelakang" dalam hal pengelolaan, bahkan mampu menjadi daerah yang berhasil membuat terobosan dan inovasi tata layanan kesehatan secara terintegrasi.

"Saya menyaksikan sendiri penerapan aplikasinya, dan itu mengagumkan, saya datang ke sini untuk memastikan pelayanan yang diberikan rumah sakit ini kepada masyarakat, karena kabar yang saya terima, rumah sakit ini sudah mendapatkan banyak sekali penghargaan," katanya.

Dalam kunjungannya itu, Menkes melihat langsung ke ruang sistem pelayanan kegawatdaruratan rumah sakit berbasis teknologi, yaitu Public Safety Center (PSC).

Selain itu, Menkes juga berkesempatan meninjau sejumlah fasilitas layanan unggulan, seperti cathlab, layanan IGD red zone - yellow zone - gren zone serta meninjau kinerja beberapa sistem aplikasi manajemen lainnya.

Menurutnya, penerapan sistem kegawatdaruratan RSUD dr Iskak tersebut patut diterapkan pada rumah sakit lainnya yang ada di Indonesia.

Oleh karenanya, daripada membuat inovasi baru, ia mengaku lebih tertarik untuk mereplikasi inovasi pelayanan yang suah ada dan terbukti berhasil.

Bahkan, kata Menkes, jika diperbolehkan sistem pengelolaan yang sudah berjalan efektif dan berhasil di RSUD dr. Iskak akan dijadikan standar baru pengelolaan rumah sakit di Indonesia.

"Iya maunya begitu, tinggal minta pak Supriyanto mau bantuin apa tidak," ucap Menkes dengan nada berseloroh ke Direktur RSUD dr, Iskak Tulungagung dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, M.Kes yang mendampinginya selama kunjungan kerja.

Mas Dokter Pri, panggilan akrab dr. Supriyanto, mengaku bangga dan tersanjung dengan rencana Menkes untuk mengadopsi sistem dan model tata layanan perumahsakitan di RSUD dr. Iskak.

Ia beserta seluruh tim manajemen, mengaku siap untuk mendukung rencana Menkes Budi Gunadi Sadikin mereformasi tata layanan perumahsakitan di Indonesia, terutama di lingkup RS vertikal yang ada di bawah naungan Kementerian Kesehatan.

Menurut Supriyanto, untuk membuat masyarakat sejahtera harus dibentuk safe community(kelompok yang aman). Safe comunity diawali dengan pelayanan kesehatan di RS yang paripurna.

"Pelayanan RS yang paripurna itu ya di RSUD dr. Iskak, dan itu yang ditangkap oleh Menteri Kesehatan," kata Supriyanto.

Pelayanan yang paripurna membuat orang memilih berobat di RS terdekat. Menurutnya, biaya berobat masyarakat Indonesia mencapai Rp 100 triliun lebih. Dari jumlah itu, sekitar 80 persennya digunakan untuk berobat di luar negeri.

Untuk menciptakan sebuah RS seperti RSUD dr. Iskak harus mengadopsi sistem seutuhnya. Pengaplikasian sistem ini, jika dilakukan dengan benar, hasilnya akan kelihatan pada enam bulan pertama.

"Tapi biasanya kalau kloning itu bisa dilihat hasilnya sekitar setengah tahun," terangnya. Meski demikian, capaian tiap RS berbeda-beda, melihat kasus yang ada di tiap RS, ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement