Senin 03 Jan 2022 20:00 WIB

PTM 100 Persen atau Dianggap tidak Masuk Sekolah

Tak ada lagi dispensasi PJJ, semua siswa wajib mengikuti PTM terbatas mulai 2022.

Pelajar mengikuti kegiatan Pembelajaran Tatap Muka di SDN 01 Pondok Labu, Jakarta Selatan, Senin (3/1). Berdasarkan kebijakan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri yang diputuskan pada 21 Desember 2021 mengenai panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen mulai hari ini Senin (3/1).
Foto:

Pada Senin (3/1) ini, Pemprov DKI Jakarta mencatat sebanyak 10.429 sekolah di Ibu Kota melaksanakan PTM dengan kapasitas 100 persen. Jumlah itu setara dengan 97,2 persen dari total jumlah sekolah yang ada di DKI Jakarta. "Ini sesuai dengan SKB empat menteri, juga ketentuan dari dinas terkait," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota Jakarta, Senin.

PTM dengan kapasitas 100 persen ini sekaligus menjadi yang pertama setelah hampir dua tahun melaksanakan pembelajaran secara daring (online) dan beberapa bulan terakhir melaksanakan PTM terbatas pada sejumlah sekolah di wilayah DKI. Menurut Riza, sejumlah indikator dapat mendukung PTM dengan kapasitas 100 persen di Jakarta antara lain, pencapaian vaksinasi yang sudah mencapai 120 persen hingga ketersediaan tempat isolasi, dan ruang perawatan kasus Covid-19.

Meski begitu, Riza mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan karena pandemi belum berakhir dan masih ada varian baru Covid-19, yakni Omicron. Menurut Riza, hingga kini belum ditemukan penyebaran Omicron di tingkat satuan pendidikan.

"Tidak berarti kita lupa, tetap waspada hati-hati jangan euforia," ucap Riza.

Sebagian siswa mengaku antusias mengikuti kegiatan PTM dengan kapasitas 100. Salah satunya adalah Nadisya Kiara Putri selaku siswa kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bina Insan Mandiri, Kembangan, Jakarta Barat.

"Senang sih bisa mengerti materi lebih dalam karena dijelasin langsung sama gurunya terus bisa ketemu teman-teman juga," kata Nadisya saat dikonfirmasi di sekolahnya, Senin.

Peraih medali perunggu English Olympiad National Smart Studen ini mengaku banyak mengalami kendala selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Beberapa kendala yang dia dapati yakni sulit mengerti materi yang disampaikan guru hingga terkendala jaringan internet.

"Kadang terkendala jaringan. Lalu suka susah mengerti penjelasan guru," kata dia.

Hal yang sama juga dikatakan salah satu siswa kelas XII SMKN 60 Diva Ramadhanty. Diva mengaku senang lantaran bisa kembali bertemu dengan teman-teman setelah sekian lama terpisah karena pandemi.

"Justru senang karena bisa ketemu teman-teman lagi. Perasaan gugup sih enggak ada. Lebih ke senang saja," katanya.

Kepala Suku Dinas (Kasudin) Pendidikan Wilayah II Jakarta Pusat Uripasih menegaskan, bahwa pihaknya menutup sekolah selama lima hari jika ada siswa yang terpapar Covid-19 saat PTM.

"Kalau ada klaster baru, artinya jika ada anak yang terkonfirmasi dalam perjalanannya PTM, ada anak yang terpapar Covid, maka selama lima hari anak itu belajar di rumah, jadi (sekolah) ditutup sementara," kata Uripasih di SDN 17 Cempaka Putih Baru, Jakarta Pusat, Senin.

Uripasih menjelaskan, penutupan sekolah sementara selama lima hari berguna bagi pihak sekolah untuk melakukan tracing atau penelusuran terhadap siswa yang terpapar Covid-19. Pihak sekolah juga telah berkoordinasi dengan Puskesmas terdekat untuk melakukan PCR terhadap siswa yang berpotensi terkena penularan jika ada yg terpapar Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement