Rabu 22 Dec 2021 19:28 WIB

Jabar Targetkan 75 Persen Warganya Dapat Vaksin Dosis Pertama Sebelum Tutup Tahun

Pemprov masih harus bekerja keras untuk meredam laju kasus positif Covid-19.

Kang Emil saat membuka webinar Jawa Barat Kejar Vaksinasi, Pulihkan Ekonomi di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/12).
Foto: Dok. Web
Kang Emil saat membuka webinar Jawa Barat Kejar Vaksinasi, Pulihkan Ekonomi di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hingga Selasa (21/12), lebih dari 26 juta warga Jawa Barat sudah melakukan vaksinasi dosis pertama. Angka itu menjadi yang terbanyak se-Indonesia bila dilihat dari jumlah di suatu provinsi. Posisi kedua ditempati Jawa Timur dengan jumlah 23 juta warga lalu Jawa Tengah dengan 21 juta warga serta DKI Jakarta dengan jumlah 11 juta warga.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mengakselerasi program vaksinasi dosis pertama dan kedua. Hingga 21 Desember, angka vaksinasi dosis pertana di Jawa Barat sudah mencapai 70 persen dan dosis kedua mencapai 50 persen lebih.

Kang Emil, sapaan karib Ridwan Kamil, mengatakan, laju peningkatan vaksinasi sebesar satu persen dalam dua hari. Karena itu, Kang Emil optimistis angka vaksinasi bisa tembus 75 persen hingga 31 Desember 2021.

“Kami melakukan sejumlah inovasi untuk mengakselerasi angka vaksinasi dosis pertama dan kedua. Contohnya, para penerima bantuan sosial diwajibkan untuk melakukan vaksinasi dulu sebelum menerima bansos,” kata Kang Emil saat membuka webinar Jawa Barat Kejar Vaksinasi, Pulihkan Ekonomi di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/12).

Kang Emil menambahkan, Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia yaitu 50 juta. Jadi, kata Kang Emil, Jawa Barat akan selalu kesulitan apabila terjadi krisis.

Meski mempunyai jumlah penduduk yang besar, Jawa Barat mampu mengakselerasi vaksinasi dosis pertama dan kedua. Salah satu caranya dengan cara jemput bola yaitu puskesmas mendatangi perumahan penduduk untuk melakukan vaksinasi.

“Di Jawa Barat, jumlah puskesmas itu sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk. Karena itu, puskesmas yang keliling mendatangi masyarakat untuk melakukan vaksinasi. Selain itu, Pemprov Jabar juga terus menyempurnakan sistem terkait pengendalian Covid-19,” kata Kang Emil.

Sekretaris Pemerintah Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, pemkot melakukan sinergi dengan berbagai pihak termasuk TNI/Polri dalam melakukan vaksinasi. Selain itu, kolaborasi dengan pentahelix seperti akademisi juga sudah dilakukan.

“Keinginan kami adalah pada akhir tahun nanti seluruh warga kota Cirebon sudah melakukan vaksinasi. Kami terus melakukan sinergi dengan sejumlah pihak agar angka vaksinasi dosis pertama bisa mencapai 100 persen,” kata Agus Mulyadi.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Harun Al Rasyid mengatakan, ada banyak kendala yang dialami Pemkab dalam melakukan vaksinasi. Dia mengatakan, tidak semua warga bisa divaksinasi pada pagi dan siang hari.

“Kami melakukan strategi dengan menggelar vaksinasi pada malam hari. Dengan cara ini kami berharap angka vaksinasi dosis pertama bisa mencapai 75 persen pada akhir tahun. Saat ini, vaksinasi dosis pertama baru mencapai 67 persen,” ujar Harun.

Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengapresiasi keberhasilan Jawa Barat dalam menjalankan vaksinasi dosis pertama dan juga kedua. Namun, kata Siti Nadia, Pemprov Jawa Barat masih harus bekerja keras untuk meredam laju kasus positif Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Jawa Barat termasuk provinsi dengan peningkatan jumlah angka kasus positif yang tinggi sehingga masuk kategori risiko tinggi.

“Ini mungkin karena mobilitas yang dilakukan warga Jawa Barat. Jadi saya mohon perhatian Pak Gubernur terkait penambahan kasus di Jawa Barat ini,” kata Siti Nadia.

Siti Nadia menambahkan, Jawa Barat masuk lima besar provinsi dengan angka kematian terendah di Indonesia yaitu 2,2 persen. Jawa Barat. Posisi pertama hingga keempat ditempati Papua Barat, Bengkulu, Banten, dan Sulawesi Selatan.

Manajer Riset Katadata Insight Center Vivi Zabkie menjelaskan, masih banyak warga yang tidak mau divaksinasi. Berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center bersama change(dot)org, 38 persen responden tidak mau divaksinasi.

“Alasan paling banyak adalah asal imun kuat sehingga tidak perlu divaksinasi lalu alasan berikutnya adalah tidak percaya dengan Covid-19 serta pernah positif Covid-19,” kata Vivi.

Vivi mengatakan, responden juga banyak yang tidak percaya dengan vaksin Covid-19. Salah satu alasannya adalah masih bisa kena Covid-19 setelah divaksinasi. Ini membuat responden merasa tidak ada gunanya divaksinasi.

Vivi menambahkan, pemerintah pusat dan daerah mempunyai pekerjaan rumah yang cukup berat untuk terus mengakselerasi angka vaksinasi khususnya dosis 2. Karena, vaksin booster belum bisa diterapkan apabila masih banyak warga yang belum melakukan vaksinasi kedua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement