REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia mampu berbicara banyak dalam mengatasi pandemi Covid-19. Wakil Rektor Riset, Inovasi, dan Community Development, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M. Si, mengatakan, saat ini pihak mitra industri sedang menyiapkan Vaksin Merah Putih Unair untuk uji klinis.
"Rencana uji klinis awal Februari 2022. Semoga bila lancar maka produksi bisa dilakukan Juli 2022," katanya kepada Republika, Rabu (22/12).
Lebih lanjut ia menerangkan, vaksin Merah Putih memang direncanakan untuk vaksin booster. Namun, karena belum semua penduduk indonesia mendaptkan vaksin dosis pertama dan dosis kedua, maka penggunaan vaksin Merah Putih juga akan diberijan untuk vaksinasi wajib.
"Diprioritaskan untuk pemberian vaksinasi wajib dahulu. Tentunya dosis 1 dan dosis 2, sekitar 30 persen penduduk Indonesia belum vaksinasi penuh sehingga, vaksin Merah Putih Unair bisa digunakan baik u vaksinasi 1 , 2 dan jg booster. Tentu sesuai kebutuhan pemerintah bagi seluruh masyarakat Indonesia," terangnya.
Vaksin yang dikembangkan oleh Unair menggunakan dua skema platform. Vaksin Merah Putih Unair menggunakan skema classical platforms dan next generation platforms. Untuk classical platforms, Unair mengembangkan dari inactivated virus atau virus yang telah dimatikan. Sedangkan pada next generation platforms, Unair menggunakan adenoviral vector dan peptide.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan, selain menggunakan vaksin buatan luar negeri, Pemerintah juga membuka peluang menggunakan vaksin Merah Putih sebagai kandidat vaksin booster.
"Selain itu vaksin Merah Putih dengan berbagai platform dan asal instansi juga sedang dipersiapkan untuk digunakan sebagai vaksin booster," tegas Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan Covid-19, Selasa (21/12) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Wiku mengingatkan, vaksin sangat besar manfaatnya dalam mencegah keparahan gejala, menurunkan risiko perawatan di rumah sakit, menekan kematian hingga menurunkan laju mutasi virus. Namun, sangat diharapkan masyarakat yang sudah menerima dosis lengkap agar melengkapi perlindungan diri dengan protokol kesehatan yang ketat.
Karena, diakui bahwa vaksin tidak dapat mencegah penularan. Karena, penularan hanya dapat dicegah dengan disiplin protokol kesehatan dan kebijakan pelaku perjalanan internasional yang ketat dalam mencegah importasi kasus.
Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair). Rektor Universitas Airlangga Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak memastikan, pihaknya telah memberikan yang terbaik dalam pengembangan vaksin tersebut. Dari sisi uji klinis, kata Nasih, Vaksin Merah Putih juga ternyata menghasilkan catatan luar biasa, dimana efikasinya mencapai 93,8 persen