Rabu 22 Dec 2021 17:45 WIB

Pakar Mikrobiologi Sebut Semua Vaksin Covid-19 Berpotensi Jadi Booster

Pemerintah berencana memberikan vaksin booster mulai Januari 2022.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus raharjo
Tenaga kesehatan menggunakan topeng pahlawan super (superhero) saat melayani vaksinasi anak usia 6-11 tahun di RSIA Tambak, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/12). Penggunaan topeng superhero tersebut guna menarik minat anak-anak untuk mengikuti vaksinasi Covid-19. Sebanyak 30 anak mengikuti vaksinasi yang menggunakan vaksin Sinovac tersebut. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan menggunakan topeng pahlawan super (superhero) saat melayani vaksinasi anak usia 6-11 tahun di RSIA Tambak, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/12). Penggunaan topeng superhero tersebut guna menarik minat anak-anak untuk mengikuti vaksinasi Covid-19. Sebanyak 30 anak mengikuti vaksinasi yang menggunakan vaksin Sinovac tersebut. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah berencana memberikan booster vaksin Covid-19 mulai Januari 2022. Pakar mikrobiologi klinik, Prof Tri Wibawa mengatakan, semua vaksin miliki potensi dipakai sebagai booster vaksin Covid-19, termasuk vaksin Merah Putih.

Guru Besar FKKMK UGM ini menekankan, banyak tantangan dalam pengembangan vaksin, termasuk vaksin Covid-19. Pengembangan tidak dapat dilakukan cepat karena banyak proses untuk membuktikan kandidat vaksin aman dan mampu memberikan perlindungan.

Baca Juga

"Semua vaksin berpotensi sebagai booster, tentunya setelah melalui uji klinis khusus untuk membuktikan keamanan dan hasil gunanya sebagai booster," kata Tri, Rabu (22/12).

Ia menuturkan, upaya-upaya pengembangan vaksin nasional dilakukan institusi dan perguruan tinggi di Tanah Air. Salah satunya pengembangan vaksin Merah Putih, yang mana, UGM menjadi salah satu lembaga yang melakukan pengembangannya.

Tri, yang turut mengambil bagian dalam tim pengembang vaksin Merah Putih UGM menilai, pengembangan sangat kompleks dan untuk sampai tahap uji klinis masih panjang prosesnya. Saat ini, sedang disiapkan uji imunogenitas ke hewan coba.

Untuk melihat efek imunogenitas vaksin, ia menerangkan, tim pengembang masih akan melakukan uji kandidat protein ke mencit. Dalam pengembangan vaksin Merah putih, UGM fokus kepada pengembangan vaksin berbasis DNA protein rekombinan.

Kemudian, lanjut Tri, menggunakan Carbonated Hydroxyapatite (CHA) sebagai adjuvan. Ia berpendapat, salah satu yang membedakan pengembangan vaksin ini dengan vaksin-vaksin lain ada di platform teknologinya, rekombinan protein.

Tri menambahkan, setiap platform pengembangan vaksin mempunyai keunggulan dan kelemahan. Menurut Tri, vaksin yang dikembangkan UGM dengan berbasis protein rekombinan lebih menjanjikan untuk mengurangi potensi dari efek sampingnya.

"Dengan platform tersebut juga lebih mudah dalam produksi massal," ujar Tri.

Saat ini, Indonesia sendiri masih melaksanakan vaksinasi kepada anak 6-11 tahun yang telah dimulai pemberiannya pekan lalu. Kecepatan pemberian vaksinasi jauh lebih cepat karena sejauh ini vaksinasi sudah diberikan ke satu juta penerima.

Meski begitu, masih harus diwaspadai kemunculan varian-varian baru Covid-19, salah satunya Omicron yang telah menginfeksi 83 ribu orang di dunia, termasuk Indonesia. Secara keseluruhan, sudah 263 juta vaksin disuntikkan di Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement