Rabu 22 Dec 2021 11:15 WIB

Bersaing Sengit, Siapa Caketum PBNU Menang dalam Muktamar?

Ada beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi arah keputusan pemilik hak suara.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, Ph.D.
Foto: Dok Parmad
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, Ph.D.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU), sejumlah kandidat mulai bermunculan. Setidaknya ada empat tokoh NU yang diisukan akan maju sebagai Calon Ketum PBNU, yaitu KH Said Aqil Siroj, KH Yahya Cholil Staquf, KH As’ad Said Ali, dan KH Marzuki Mustamar. 

Lalu siapa yang berpotensi menang dalam pemilihan di Muktamar kali ini? 

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menjelaskam, setidaknya ada beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi arah keputusan pemilik hak suara di Muktamar kali ini. Pertama, level independensi dan netralitras PWNU, PCNU dan juga PCINU dalam menentukan pilihan di pemungutan suara nanti. 

Kedua, efektivitas kekuatan masing-masing loyalis dalam mendukung calon masing-masing. Ketiga, pengaruh kekuatan sel-sel ekonomi-politik dari internal Nahdyin yang tersebar di berbagai lini, baik di level state actor maupun non-state actor. Keempat, potensi adanya intervensi kekuatan ekonomi-politik dari pihak eksternal nahdliyin, yang mencoba mencari untung dan investasi pengaruh politik dari agenda dukung-mendukung calon Ketum PBNU ke depan. 

"Hipotesisnya, jika faktor pertama dan kedua kuat, sedangkan faktor ketiga dan keempat lemah, maka hasil Muktamar NU ke-34 kali ini akan menghasilkan produk keputusan dan kepemimpinan yang lebih genuine dan sesuai aspirasi jamaah Nahdliyyin di nusantara," ujar Umam dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/12). 

Baca juga : Sejumlah Tokoh Politik NU Hadiri Muktamar di Lampung

Namun sebaliknya, kata dia, jika faktor pertama dan kedua lemah, sedangkan faktor ketiga dan keempat tinggi, maka hasil Muktamar NU akan lebih ditentukan oleh aliansi kekuatan ekonomi-politik yang mencoba mencari untung dan membangun pengaruh jelang Pemilu 2024 dari otak-atik kepemimpinan Nahdlatul Ulama. 

"Tentu, yang kedua ini, tidak diinginkan semua pihak," ucapnya.  

Lalu siapa yang memiliki peluang lebih besar dalam pemilihan Ketum PBNU kali ini? 

Pertama, petahana KH Said Aqil Siroj yang telah memimpin NU selama 10 tahun terakhir, tentu telah membangun akar yang cukup kuat di tingkat wilayah (PWNU), cabang (PCNU) dan juga cabang istimewa (PCI-NU). Menurut dia, Kiai Said juga merupakan figur yang tegas dan clear dalam menyikapi tren fundamentalisme Islam di Indonesia. 

 

photo
Spanduk Muktamar NU ke-34 terpasang di salah satu jalan Protokol di Bandar Lampung, Lampung, Selasa (21/12/2021). Berbagai pernak-pernik Muktamar NU ke-34 terpasang di seluruh jalan protokol di Lampung untuk memeriahkan acara tersebut yang berlangsung di Provinsi Lampung. - (ANTARA/Ardiansyah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement