REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri, mengungkapkan, kebutuhan akan alat kesehatan penanganan Covid-19 di satuan pendidikan sangat penting. Tapi, masih banyak satuan pendidikan yang mengalami kesulitan menyediakan alat-alat tersebut.
"Walaupun anggaran dana BOS bisa dialokasikan untuk kebutuhan alat kesehatan di satuan pendidikan, dari survei yang kami lakukan ternyata masih banyak satuan pendidikan yang mengalami kesulitan dalam menyediakan thermogun," ungkap Jumeri dalam siaran pers, Sabtu (18/12).
Kemendikbudristek belum lama ini menerima donasi bantuan alat kesehatan penanganan Covid-19 dari Persatuan Perkumpulan Sekolah Nasional Tiga Bahasa Se-Indonesia (PERSTIBI). Alat kesehatan yang diterima berupa thermogun atau alat pengukur suhu tubuh, masker, dan APD untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di satuan pendidikan.
Bantuan diterima langsung oleh Jumeri. Jika dirinci, bantuan alat kesehatan tersebut berupa 1.600 alat pengukur suhu, 22.000 masker, dan 240 APD. Bantuan tersebut selanjutnya akan Kemendikbudristek salurkan kepada satuan-satuan pendidikan di Provinsi Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
"Bantuan alat kesehatan yang telah diberikan kepada Kemendikbudristek sangat bermanfaat bagi penyelenggaraan layanan pendidikan selama masa pandemi Covid-19," kata dia.
Jumeri mengungkapkan, untuk Provinsi Banten akan dikirimkan 240 thermogun, 3.300 masker, dan 30 APD. Untuk provinsi Jawa Tengah akan dikirimkan sebanyak 320 thermogun, 4.400 masker, dan 40 APD. Kemudian provinsi Jawa Barat akan dikirimkan 475 thermogun, 6.600 masker, dan 60 APD. “Kenapa Jawa Barat lebih banyak? Karena Jawa Barat adalah wilayah dengan sekolah yang paling banyak di Indonesia,” ujar Jumeri.
Dia menuturkan, pemberian bantuan alat kesehatan itu merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan. Jumeri berharap kepedulian yang dilakukan PERSTIBI menjadi inspirasi bagi lembaga-lembaga lainnya untuk bisa berperan dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
“Kami juga berharap semoga mudah-mudahan semakin banyak kolaborasi antara lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan baik swasta maupun pemerintah untuk bisa membantu dalam pelayanan pendidikan di Indonesia," jelas dia.
Ketua Pengurus PERSTIBI, Yudi Sutanto, menuturkan, sekolah-sekolah yang tergabung dalam PERSTIBI memiliki visi dan misi yang selaras dengan Kemendikbudristek terhadap pendidikan Indonesia. Menurut dia, mereka ingin membentuk karakter Pancasila bagi siswa-siswinya hingga bisa mewujudkan profil pelajar Pancasila.
"Itu yang menjadi acuan pertama sekolah kami. Kemudian visi yang kedua, anak-anak sekolah kami nanti akan dibekali dengan kemampuan berbahasa asing yang lebih dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Bahasa asing yang kita pilih adalah bahasa Inggris dan bahasa Mandarin,” kata Yudi.
Pihaknya meyakini bahasa Mandarin akan menjadi salah satu bahasa yang juga akan mendunia seperti bahasa Inggris sehingga harapannya siswa-siswi sekolah tiga bahasa khususnya generasi muda penerus bangsa, akan siap bersaing di era global.
“Meski demikian, sekolah kami tetap menguatkan bahasa Indonesia. Karena akar budaya dari Indonesia tidak boleh dilupakan, tidak boleh ditinggalkan dan itu masih menjadi akar budaya di sekolah kami,” kata Yudi.
Kemudian visi yang ketiga, sekolah tiga bahasa menginginkan para peserta didiknya memiliki kemampuan teknologi yang kuat. Karena itu, di sekolah tiga bahasa, pihaknya memberikan bekal kemampuan teknologi dan informatika yang kuat untuk anak-anak didiknya.
Di sekolah tiga bahasa, anak-anak juga sudah memiliki rasa toleransi yang begitu kuat karena di sekolah tiga bahasa ini peserta didik bisa bertemu teman dari latar belakang yang majemuk, baik dari segi agama, sosial, suku, hingga budaya.