Ahad 12 Dec 2021 09:53 WIB

Kisah Musik Kampungan Bernama Dangdut dan Oma Irama Yang Tak Terbayangkan

renungan eksistensi Oma Irama dalam musik dangdut

Rhoma Irama.
Foto:

Dan memang lagu 'Begadang' yang dirilis sekitar tahun 1974 itu mencetak hits besar dan menjadi penanda awal munculnya 'Revolusi Dangdut'. Kala itu catatan koran menulis album itu dalam 15 menit rata-rata terjual satu kaset. Berkat itu Oma Irama bersama Soneta kemudian naik haji hingga mampu mengawali membeli alat  musik dan perangkat panggung yang lebih moderen. Oma malah menjadi satu-satunya artis yang saat itu bisa naik sedan Mercy.

Pendek kata performa dangdut berubah menjadi 'musik gedongan'. Vokal Oma Irama yang disebut Professor of Music, University of Pittsburgh Amerika Serikat, Andrew W Wintraub, mempunyai vokal yang 'tidak merdu tapi unik' karena bisa menjadi ekpresi suara batin mengenai duka lara kaum tertindas', juga terkesan dengan keberhasilan itu.

"Kalau didengarkan seksama teknik bernyanyi bagi telinga orang Amerika, vokal bang Haji bila itu mirip King of Rock and Roll: Elvis Preslye. Lihat itu beberapa cengkoknya. Unik dia,'' kata Andrew dalam suatu perbincangan beberapa tahun silam. Lewat penelitian dia selama bertahun-tahun di Indonesia maka kemudian muncul buku keren: Dangdut Sories, A Sosical Musical And History of Indonesia's Most Popular Music.

photo
Keterangan foto: Buku Dangdut Stories karya Andrew N Weintraub - (muhammad subarkah)

 

Sisa perubahan besar dangdut dari musik kampungan ke gedongan yang dilakukan Oma Irama itu bisa terlihat dari tayangan televisi di mana Oma Irama menyanyi dengan lirik berbahasa Inggris tentang pandemi Corona. Dengan sosok dia dan kemampuan musiknya, dangdut yang sebelum tahun 70-an disebut musik kampungan kini benar-benar melibas batas. Rhoma ternyata tetap menjadi raja tak tergantikan. 

Dengan menyanyi dengan lirik Inggris, dia seperti menantang generasi muda yang berkecimpung di dangdut melakukan hal sama: berani bernyanyi dengan lirik Inggris yang utuh. Bukan sekedar dicuplik untuk gaya-gayaan ala omongan 'tuan kebon' yang ngomong gado-gado bahasa di zaman Kompeni.  Oma dengan fasih menyanyikan lagu berbahasa Inggris itu:

Cause you know just what to say  


And you know just what to do
 

And I want to tell you so much
I love you.... 

Dengan Oma menyanyikan lagu itu (dan lagu Corona bersyair Inggris) di televisi ini makin mengukuhkan adanya proses sosial yang sangat panjang bagi musik dangdut. Dia terus melakukan periubahan secara terus menerus dengan gayanya sendiri. Bayang-bayang pertarungan imaji antara penggemar musik rock dan dangdut telah sirna. Jejaknya tinggal sekedar kisah.

Jejak ‘perasingan’ musik dangdut dan rock yang kini sempat diakui oleh mantan anggota grup musik ‘Giant Step’ yang kini jadi birokrat. Dia mengaku persaingan panas itu sebenarnya hanya sekedar ‘gimmick’, misalnya ada dalam arsip jurnalis senior majalah ‘Aktuil’, Buyunk Aktuil. Dalam laman facebooknya, dia sempat mengunggah arsip soal diskusi yang salah satu di antaranya perlahan meluluhkan persaingan panas antara penggemar rock dan dangdut kala itu.

photo
Diskusi tentang musik rock dan dangdut di tahun 1970-an. - (dok) Buyung Aktuil)

Berita soal diskusi tersebut begini selengkapnya:

“Ini diskusi sal Rock VS dandgut edisi kedua di tahun 1976...ROCK VS DHANGDUT BAGIAN KE II."MASIH GOMBAL".
Diskusi musik Rock vs Dhangdut yanng dihadiri Dr Soedjoko,Wandi ODALF, Denny Sabri,Remy Sylado,Benny Soebardja,Leo Kristi dll, semula berjalan lamban mulai menggeliat setelah Remy buka suara.

"Sebetulnya gua datang ke diskusi ini sebagai penonton saja, mau tahu apa sih yang sebenarnya terjadi sehingga Benny berani-beraninya meremehkan musik dhangdut.".



Benny berkelit dengan menceritakan mengapa ia memilih musik rocl sebagai warna musik Giant Step."Karena saya suka musik keras!".Gitaris Giant Step itu menyebut-nyebut ambisinya untuk membawa musik garapannya keluar negeri."Oleh karena itu hampir semua lagu-lagu Giant Step saya buat dalam bahasa Inggeris,supaya mudah diserap oleh penikmat lagu-lagu barat".



Remy menimpali dirinya kurang setuju memasarkan musik karya anak bangsa keluar negeri dengan bahasa Inggeris pada lyrikl-lyrknya: "Pakai bahasa Indonesia saja masih gombal!.Apa lagi pakai bahasa Inggeris. ini sok-sok'an saja".



Denny Sabri menengahi dengan menjelaskan bahwa banyak penyanyi dan grup di Jepang yang membuat lagu-lagunya dalam bahasanya sendiri dan mereka berhasil masuk dalam daftar tangga lagu-lagu  di Eropa walaupun lagu-lagunya nya berbahasa Jepang.

"Menurut saya tidak perlu harus memakai bahasa Inggeris,kalau musiknya bagus enak didengar pasti bisa diterima".kata Denny.



Pandangan Denny ditanggapi Leo Kristi. Dia berkata: "Sebaiknya gunakan bahasa Indonesia,kalau sudah yakin bisa diterima barulah lyriknya di rubah ke bahasa Inggeris.Dan yang paling utama adalah 'nation pride',kita harus bangga dengan bahasa Indonesia. Kenapa harus berambisi mencari popularitas di luar negeri, ementara di negeri sendiri belum banyak yang tahu model apa sih lagu-lagunya".



Benny langsung terdiam.Remy pun kembali bertanya "Ini diskusi lagu rock Indonesia berbahasa Inggris atau Rock vs Dhangdut? Sebelum ngawur gak karuan,lebih baik panelis kembali kepermasalahannya". Hadirin riuh menyambutnya.

 

                                         

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement