Sabtu 11 Dec 2021 06:27 WIB

Kandidat Capres yang Ada Dianggap tak Punya Narasi Konkret

Tiap kandidat yang digadang-gadang menjadi capres belum punya visi jelas.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Mas Alamil Huda
Tiap kandidat yang digadang-gadang menjadi capres pada Pilpres 2024 dinilai belum punya visi jelas. Foto: Debat capres-cawapres (Ilustrasi).
Foto: Dok Republika.co.id
Tiap kandidat yang digadang-gadang menjadi capres pada Pilpres 2024 dinilai belum punya visi jelas. Foto: Debat capres-cawapres (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, mengkritisi wacana pengumuman koalisi calon presiden (capres) sejak dini. Ia menyindir tiap kandidat yang digadang-gadang menjadi capres belum punya visi jelas.

Suko meminta para kandidat capres mematangkan visi misi sebelum memutuskan bertarung di Pilpres 2024. Selama ini, ia mengamati para kandidat yang ada belum punya konsep mumpuni tentang arah bangsa.

"Sejauh ini saya juga belum menangkap visi dari kandidat. Tak satupun secara jelas mengeluarkan narasi yang berisikan tentang ke mana Indonesia mau dibawa," kata Suko kepada Republika.co.id, Kamis (9/12).

Suko menyayangkan para capres mengeluarkan narasi normatif dan usang. Ia menilai, sejauh ini belum ada muncul ide brilian tentang arah Indonesia ke depan.

"Pemilih 2024 adalah pemilih yang didominasi gen milenial. Maka visi rasional akan sangat dibutuhkan mereka (pemilih)," ucap Suko.

Suko juga mencermati survei sejumlah lembaga mengunggulkan nama-nama seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan. Namun, menurutnya, survei semacam itu hanya memotret tingkat kesukaan seseorang.

"Survei politik selama ini hanya berkutat pada likeability (kesukaan). Tak pernah publik ditanya seberapa tahu publik tentang jalan pikiran kandidat," ujar Suko.

Oleh karena itu, Suko menyarankan, capres beserta koalisinya melempar gagasan untuk melihat tanggapan masyarakat. Dengan demikian akan muncul pertarungan gagasan bukan saling menjatuhkan nama baik kandidat.

"Ada tahapan. Di awal setidaknya melempar narasi. Lalu ada peluang publik merespons. Selanjutnya bisa menguatkan visi konkretnya," lanjut Suko.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid setuju jika koalisi calon presiden diumumkan sejak dini. Ini supaya masyarakat tidak memilih calon seperti membeli kucing dalam karung. Dibangunnya koalisi sejak awal juga menjadi bagian pendidikan politik. Supaya masyarakat bisa menilai kesungguhan dan visi misi calon presiden yang berlaga di Pilpres 2024.

"Saya sependapat bahkan saya sudah sampaikan agar para kandidat yang mau maju tidak malu-malu kucing. Koalisi lebih awal akan juga menjadi bagian dari pendidikan politik agar masyarakat dapat menilai kesungguhan dan visi misinya," ujar Jazilul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement