Jumat 10 Dec 2021 10:41 WIB

Wapres: NU Kalau Mau Muktamar Pasti Geger, Kalau Selesai Ger-geran

Muktamar NU selalu diawali dengan silang pendapat atau perdebatan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Mas Alamil Huda
Wakil Presiden Maruf Amin ikut mengomentari dinamika menjelang Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) yang rencananya akan digelar di Lampung pada Desember ini.
Foto: Dok. BPMI/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin ikut mengomentari dinamika menjelang Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) yang rencananya akan digelar di Lampung pada Desember ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin ikut mengomentari dinamika menjelang Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) yang rencananya akan digelar di Lampung pada Desember ini. Wapres yang merupakan salah satu sesepuh NU itu mengatakan, Muktamar NU selalu diawali dengan silang pendapat atau perdebatan.

"NU itu kalau mau Muktamar itu bikin gegeran dulu, ribut, tapi kalau selesai nanti ger-geran namanya," kata Wapres dikutip dari siaran pers Sekretariat Wakil Presiden di sela kunjungan kerjanya ke Sumatra Utara, Jumat (10/12).

Baca Juga

Istilah 'gegeran' yang disebutkan Wapres, dapat diartikan sebagai geger atau keributan akibat adanya perbedaan pendapat ataupun perdebatan menjelang pelaksanaan Muktamar. "Itu istilahnya sebelum Muktamar musti gegeran," canda Kiai Ma'ruf.

Ia melanjutkan, meskipun diawali dengan dinamika, tetapi setelah selesai muktamar, segala dinamika keributan tersebut akan selesai menjadi ger-geran atau tawa bersama. "Nah itu kalau sudah selesai (Muktamar) ya sudah. Ketawa-ketawa saja," ujarnya.

Karena itu, Kiai Ma'ruf memaklumi jika jelang Muktamar kali ini diwarnai silang pendapat. Sebab, Wapres menuturkan jika dinamika seperti itu lumrah terjadi pada Muktamar-Muktamar NU sebelumnya. "Kalau yang dulu-dulu begitu," katanya.

Untuk itu, Wapres yang merupakan mantan Rais Aam PBNU, berharap agar segala permasalahan yang muncul menjelang dan dalam Muktamar NU dapat selesai bersamaan dengan selesainya pelaksanaan Muktamar.

"Saya harapkan juga (sekarang) seperti itu. Tidak berkelanjutan. Kalau berkelanjutan, itu yang repot," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement