REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor-Leste, Papua Nugini, dan ASEAN, Marina Berg mengatakan, Pandemi Covid-19 telah memberi dampak bagi semua negara dan ekonomi global. Pada saat yang sama, perubahan iklim pun tidak akan membaik tanpa intervensi.
"Sekaranglah, waktunya untuk memikirkan kembali pembangunan. Kita harus bekerja sama untuk mengatasi pandemi ini, dan kita perlu memastikan pemulihan yang lebih kuat, lebih hijau dan berkelanjutan untuk semua,” kata Marina Berg pada pekan Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP), Senin (22/11).
Dalam SISP yang kedua, lanjut Marina, Swedia dan Indonesia akan menjajaki kemitraan di lima area: pembangunan berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja, transportasi cerdas, energi terbarukan, ekonomi biru, dan industri 4.0. SISP diselenggarakan oleh Team Sweden sebagai wadah bagi pemimpin dari pemerintah, akademisi, dan sektor swasta di beberapa bidang untuk bertemu secara virtual dan berbagi pengalaman dalam bidang keberlanjutan. Tahun ini, pekan SISP akan diadakan dari Senin (22/11) hingga Jumat (26/11).
Pekan SISP pertama diadakan pada 2020 untuk memeringati 70 tahun hubungan diplomatik antara Swedia dan Indonesia. Melalui diskusi SISP tahun lalu, kedua negara mengakui pentingnya kerja sama untuk transisi hijau dan pemulihan pasca-Covid-19.
Dalam SISP 2021, Indonesia dan Swedia akan berdiskusi lebih lanjut untuk menemukan solusi berkelanjutan dan mencapai Agenda 2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
SISP pertama adalah acara yang tepat untuk memeringati 70 tahun hubungan baik antara kedua negara. Tahun ini, SISP akan memainkan peran yang lebih penting dalam mempertahankan momentum positif, memperkuat komitmen untuk menumbuhkan hubungan. Selain itu menjadi landasan kerja sama yang konstruktif dan saling menguntungkan di tahun mendatang.
Setelah konferensi perubahan iklim baru-baru ini, SISP memberi peluang besar bagi Indonesia-Swedia untuk memperdalam kolaborasi aksi iklim dalam konteks pembangunan berkelanjutan. "Saya yakin ada banyak hal yang dapat dipelajari dari pengalaman satu sama lain, dan kita dapat memperoleh manfaat lebih banyak lagi dengan bekerja sama,” kata HE Kamapradipta Isnomo, Duta Besar Indonesia untuk Swedia dan Latvia.
Hubungan bilateral Indonesia-Swedia telah diperdalam di beberapa bidang, termasuk energi, transportasi, dan pendidikan. Nota Kesepakatan (MoU) dari ketiga sektor ini ditandatangani pada 2017. Model bisnis perusahaan Swedia harus didasarkan pada
pembangunan berkelanjutan, dengan memperhatikan faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hal ini juga dilakukan dalam kerja sama Indonesia-Swedia.
Tahun ini, hubungan Indonesia dan Swedia terus tumbuh, menyusul kunjungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ke Swedia. Dalam kunjungan tersebut, kedua negara menyoroti kerja sama di bidang Blue Economy, dan menandatangani pernyataan bersama untuk kemitraan. Indonesia dan Swedia, bersama dengan 191 negara lainnya, telah berjanji untuk mencapai TPB.
Tujuan Ini harus dicapai untuk mengakhiri kemiskinan, menjaga lingkungan, dan memastikan bahwa pada 2030 semua orang bisa menikmati perdamaian dan kemakmuran. "Kami percaya kolaborasi adalah kunci untuk mencapai TPB dan masa depan yang lebih berkelanjutan untuk semua," ujarnya.