REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Seiring dengan semakin melandainya kasus Covid-19, kinerja ekonomi global pun mulai mengalami pertumbuhan ke arah positif. Kegiatan produksi sudah mulai berjalan. Ini dibuktikan dengan mulai meningkatnya permintaan global akan bahan baku produksi.
Hal ini tentu juga dirasakan oleh Indonesia tidak terkecuali Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), sebagai salah satu penghasil timah dan CPO, harga kedua komoditas ini tentunya berimbas pada peningkatan ekspor luar negeri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Berdasarkan rilis BPS Babel tanggal 5 November, diketahui pada bulan September 2021, ekspor Babel naik sebesar 99,15 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya (September 2020). Nilai ekspor komoditas timah naik 110,77 persen, dan non timah naik 42,65 persen. Oleh karena itu, jumlah nilai ekspor pada bulan September tahun ini sebesar 227,74 juta dolar AS (bulan yang sama tahun sebelumnya 114,36 juta dolar AS).
Plt Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Babel Ahmad Yani mengatakan, beberapa komoditas memang memberikan dampak pertumbuhan ekonomi Babel. "Kenaikan ini juga selaras dengan berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mulai dari relaksasi hingga memberikan stimulus untuk mendorong peningkatan produksi komoditas tersebut," ujarnya dalam siaran pers.
Singapura masih menjadi negara tujuan utama ekspor timah Babel. Sekitar 17,49 persen ekspor timah pada Januari-September 2021 dikirim ke Negeri Singa ini. Apabila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, ekspor timah ke Singapura pada tahun ini naik 58,09 persen.
Belanda, Korea Selatan, United States dan Jepang berada dalam lima negara tujuan utama ekspor timah pada Januari-September 2021. Peran keempat negara berkisar antara 11,09 persen hingga 13,86 persen. Maka, lima negara utama tujuan ekspor timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berperan sebesar 66,75 persen.
Sementara itu, ekspor non timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Januari-September 2021 didominasi oleh lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), yang keseluruhannya merupakan minyak kelapa sawit (HS 1511). Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati akumulasi hingga September
2021 menjadi 207,96 juta dolar AS atau 74,26 persen dari jumlah ekspor non timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Nilai ini naik 70,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Malaysia menempati urutan pertama peran ekspor non timah pada Januari-September 2021 dengan nilai 70,43 juta dolar AS. Peran Malaysia dalam ekspor non timah sebesar 25,15 persen. Golongan barang yang diekspor ke negeri jiran ini mayoritas berupa lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) sebanyak 56,58 juta dolar AS.
Menyusul Malaysia, Belanda berada pada posisi kedua dengan nilai ekspor non timah sebesar 48,44 juta dolar AS pada Januari-September 2021. Peran Belanda dalam ekspor non timah sebesar 17,30 persen. Golongan barang yang diekspor ke Belanda berupa lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebanyak 45,52 juta dolar AS.
Myanmar, Tiongkok, dan Bangladesh menempati urutan ketiga, keempat, dan kelima, dengan peran masing-masing sebesar 13,95 persen; 9,71 persen; dan 9,47 persen. Dengan demikian, peran lima negara utama tujuan ekspor non timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi 75,58 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bangka Belitung, Tantan Heroika mengungkapkan dalam rilisnya pada tanggal 8 November 2021 bahwa, pertumbuhan kinerja ekspor terutama ditopang oleh tetap tingginya permintaan komoditas dari negara mitra dagang utama, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Singapura.
Hal ini tercermin dari peningkatan harga logam timah pada triwulan III 2021 rata-rata sebesar 33.790 dolar AS /MTon atau tumbuh 91,14 persen (yoy), sementara pada triwulan II 2021 harga rata-rata logam timah sebesar 29.076 dolar AS/MTon atau tumbuh 97,23 persen (yoy). Adapun komoditas unggulan lainnya seperti CPO dan lada juga menunjukkan tren peningkatan harga selama triwulan III 2021.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi
Sementara itu, Plt Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Babel, Ahmad Yani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Babel di triwulan ketiga ini tertinggi untuk wilayah Sumatera yakni 6,11 (yoy).
"Untuk meningkatkan harga sawit, Pemprov Babel secara intens melakukan stimulus dan pendampingan agar kualitas Tandan Buah Segar (TBS) petani sesuai standar. Tidak hanya itu, kita mendorong investor untuk membangun pabrik CPO sehingga harga TBS bisa bersaing," tambahnya lagi.
Selain itu, Pemprov. Babel juga terus berupaya mengembalikan kejayaan lada dengan mendorong harga lada terus membaik. "Setahun ini harga lada di Babel bertengger di harga di atas 90 ribuan, pada (8/11), harga lada dengan kualitas SNI 1 (MWP.1) mencapai Rp 100 juta," ujarnya.
Yani mengakui, kontribusi pertambangan timah bagi pertumbuhan kinerja ekonomi di Babel cukup besar, namun dirinya berharap agar tetap memperhatikan keseimbangan terhadap lingkungan. "Tentunya kita harus menjaga momentum ini, namun kita harus tetap menjaga sisi yang lain seperti lingkungan," pungkasnya.