Jumat 05 Nov 2021 19:43 WIB

Pengamat: Benahi Keselamatan Transportasi Darat 

Kesadaran masyarakat akan keselamatan berlalu lintas juga masih rendah. 

Petugas mengatur lalu lintas di sekitar lokasi kecelakaan di kilometer 134 Jalan Tol Purbaleunyi di Pasir Koja, Bandung, Jawa Barat, Ahad (3/10/2021). Kecelakaan yang melibatkan sebuah truk pengangkut tiang bor, sebuah travel dan sebuah mobil keluarga tersebut masih dalam penyelidikan petugas.
Foto:

Konstruksi jalan

Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya, khususnya jalan tol karena konstruksi jalan yang dibuat. Menurut pemerhati konstruksi jalan raya dan jalan KA Gatot Rusbiantardjo dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id, jalan tol di Indonesia adalah jalan yang tidak aman, terutama untuk kecepatan tinggi. Lantas mengapa jalan Tol di Indonesia tidak aman?

Hal ini, kata Gatot, karena perkerasan jalan dibuat dari perkerasan kaku yaitu dengan beton semen. Perkerasan denga beton semen tidak mempunyai skid resistance atau kecil skid resistance-nya. 

Skid resistance adalah daya cengkeram ban dengan permukaan perkerasan jalan. Karena skid resistennya kecil atau bahkan nol, maka apabila mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan mengerem, mobil tidak segera berhenti karena tidak ada daya cengkeram yang  memadai antara ban dan permukaan perkerasan jalan. 

Mobil akan meluncur cukup jauh sebelum berhenti. Sehingga, sering terdengar mobil menabrak truck atau mobil lain yang ada  di depannya. 

"Jalan beton bukan jalan untuk kecepatan tinggi! Sehingga, salah membangun jalan Tol dengan perkerasan kaku," ungkapnya. 

Selain itu, kata dia, di tengah jalan tol juga diberi pembatas dinding beton yang tebal dan kokoh. Akibarnya, jika ada mobil yang selip atau kemudinya berbelok, maka akan menabrak tembok beton dan karena kecepatannya tinggi, maka akibatnya fatal seperti yg dialami mobil Vanessa Angel dan juga dosen Fakultas Teknik Sipil UNDIP beberapa waktu yang lalu.

Menurutnya, jalan tol yang aman di tengahnya (mediannya) harus berupa rumput dengan lebar minimal 2 x 5 meter dengan kelandaian 5 persen. Seperti jalan Tol Jagorawi pada awal dibuatnya. 

"Dengan demikian jika ada sopir mengantuk atau mobil pecah ban, mobil tidak menabrak tembok beton, tetapi meluncur di atas rumput yg landai dan akhirnya berhenti denga selamat," ujarnya.

 

Karena itu, taatilah rambu pembatas kecepatan. Jangan bangga dapat menempuh waktu 3,5 jam dari Semarang ke Surabaya. Namun, banggalah dapat membawa keluarga dengan selamat dari Semarang ke Surabaya walaupun harus ditempuh dalam waktu lebih dari 4,5 jam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement