Sabtu 30 Oct 2021 12:52 WIB

Panen Melon Inthanon di Pesantren Bustanul Ulum Banjar

Saat awal mencoba, 1.000 bibit yang ditanam gagal semuanya.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Sejumlah orang memanen melon jenis inthanon di green house Pesantren Bustanul Ulum, Desa Karyamukti, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jumat (29/10). Panen itu merupakan yang perdana dilakukan.
Foto:

Menjadikan pesantren mandiri

Kepala Perwakilan BI Tasikmalaya, Darjana mengatakan, BI mempunyai tugas utama untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, baik terhadap mata uang asing maupun terhadap barang dan jasa. Namun tugas tersebut tidak mungkin dilaksanakan tanpa dukungan dari berbagai pihak. 

Karena itu, pihaknya melakukan berbagai program untuk meningkatkan laju ekonomi. Salah satunya adalah dengan mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah.

Menurut dia, Indonesia memiliki banyak lembaga pesantren. Ia menilai, pesantren memiliki keunikan dan keunggulan untuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. 

Sebab, pesantren di Indonesia tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan. Melainkam juga memiliki potensi untuk dimanfaatakan dalam mencapai kemandirian ekonomi.

"Ada tiga program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren untuk mendukung pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia," kata dia.  

Pertama, pengembangan berbagai unit usaha. Kedua, mendorong terjalinnya kerjasama bisnis antarpesantren melalui penyediaan virtual market produk usaha pesantren sekaligus business matching. "Ketiga, pengembangan holding pesantren dan penyusunan standarisasi laporan keuangan untuk pesantren," kata dia.

Darjana menjelaskan, program kemandirian pesantren didasari oleh kekuatan pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia. Menurut dia, sumber daya manusia (SDM) pesantren yang memiliki jumlah dan ikatan komunitas yang kuat memiliki potensi sebagai sumber permintaan dan produksi berbagai kegiatan ekonomi. 

Selain itu, daya juang pesantren yang tinggi berpotensi besar apabila dikombinasikan dengan kemampuan kewirausahaan. Terakhir, konsep pemberdayaan ekonomi pesantren sebagai bagian dari ibadah.

Dia menilai, pesantren mandiri setidaknya memiliki usaha yang profesional guna mendukung operasional pesantren dan unit pendidikan belajar mengajar yang terarah dan sistematis. Alhasil, dampak kehadiran pesantren secara lebih luas mampu menjadi bagian dari solusi pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Melalui program pengembangan kemandirian, lanjut Darjana, pesantren diharapkan dapat mendorong pesantren sebagai penggerak utama dalam ekosistem halal value chain. "Potensi ekonomi di pondok pesantren ini cukup besar. Bila potensi ini dioptimalkan, maka bakal mampu mewujudkan kemandirian usaha di ponpes sekaligus membantu meningkatkan kesejahteraan wilayah sekitarnya," kata dia.

Darjana menyebut, berdasarkan hasil survei identifikasi pengembangan potensi ekonomi Priangan Timur, salah satu sektor yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan adalah kegiatan pertanian dan perkebunan pesantren. 

Namun, umumnya pesantren masih menggunakan lahan yang diolah secara tradisional, sehingga memerlukan waktu dan tenaga untuk prosesnya. Kualitas dan kuantitas dari pengolahan tradisional juga dinilai kurang maksimal.

Untuk mengatasi kendala itu, BI Tasikmalaya memfasilitasi pembangunan green house di sejumlah pesantren. Harapannya, pesantren dapat menerapkan teknologi modern di bidang pertanian. 

Saat ini, ada tiga pesantren yang digandeng BI Tasikmalaya untuk dikembangkan, yaitu Pesantren Bustanul Ulum di Kota Banjar, Pondok Pesantren Riyadlusharfi Walmantiqi di Kabupaten Pangandaran, dan Pesantren Al-Kautsar 561 di Kabupaten Tasikmalaya. 

 

"Alhamdulilah atas berkat rahmat Allah SWT, green house di Pesantren Bustanul Ulum telah mengasilkan buah melon inthanon atau golden emerald, yang tergolong melon yang langka di Indonesia," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement