REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, tanggapi ajakan konsolidasi dari Partai Golkar untuk menghadapi pemilihan umum (Pemilu) 2024. Menurutnya, ihwal hal tersebut perlu proses diskusi yang lebih panjang, karena pihaknya sendiri akan menggelar konvensi.
"Golkar mau tidak, kan belum tentu. Nanti ini kita lihat, nanti kita coba bisik-bisik dulu lah, kita duduk, saya bisa duduk secara pertemanan," ujar Surya di Hotel Redtop, Jakarta, Kamis (29/10).
Partai Nasdem diketahui akan menggelar konvensi untuk memilih calon presiden yang tepat untuk 2024. Namun, Partai Golkar sendiri ingin mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon presiden nanti.
Surya berpendapat, sebaiknya ketua umum partai politik tak ikut dalam konvensi tersebut. Sebab menurutnya, hal itu dapat menimbulkan konflik kepentingan dalam koalisi nantinya.
"Kalau dia ketua umum partai dan dia peserta konvensi, ini ada benturan conflict of interest dong menurut Nasdem," ujar Surya di Hotel Redftop, Jakarta, Kamis (28/10).
Ia ingin, konvensi dapat memilih sosok calon presiden yang benar-benar memiliki kompetensi dan integritas untuk memimpin Indonesia. Khususnya, orang-orang yang berada di luar partai politik yang memiliki dua kriteria tersebut.
"Sebuah tawaran dari partai ini, ya Nasdem menawarkan. Kalau kita mau cari pilihan-pilihan yg tidak terbatas satu dan dua, putra-putra terbaik anak bangsa ini untuk menawarkan dirinya, menjadi pemimpin bangsa," ujar Surya.
Meski begitu, ia tak menutup pintu komunikasi dengan Partai Golkar ihwal pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Pembicaraan untuk menyamakan pandangan akan terus dilakukan oleh Partai Nasdem dengan siapapun.
"Ini tidak bisa diformalkan semata-mata. Harus ada kesepakatan awal dan kesepakatan awal itu digagas dengan pendekatan-pendelayam yang bersifat informal," ujar Surya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tandjung mengatakan bahwa partainya dulu memiliki sosok-sosok hebat seperti Prabowo Subianto dan Surya Paloh. Namun, keduanya memutuskan keluar dan mendirikan partai baru, yakni Gerindra dan Nasdem.
"Sebetulnya ingin mengajak kembalilah ke rumah besar bersama untuk konsolidasi. Jadi ada cita-cita ada keinginan itu dan itu menjadi satu hal penting bagi kami sekarang untuk konsolidasi semua kekuatan," ujar Doli dalam sebuah webinar, Sabtu (16/10).