Rabu 27 Oct 2021 04:22 WIB

Indonesia Kurangi Penggunaan Merkuri Hingga Ribuan Kilogram

merkuri dapat merusak sistem saraf, ginjal, paru-paru, hati, dan saluran pencernaan.

Rep: Febryan A / Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi bahan merkuri.
Foto: Www.freepik.com
Ilustrasi bahan merkuri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dilaporkan berhasil mengurangi penggunaan bahan kimia merkuri hingga 20 ribu kilogram (kg) lebih sepanjang 2019-2020. Jumlah wilayah yang berpotensi terdampak oleh aktivitas penggunaan zat berbahaya itu pun turut berkurang drastis.

Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, menjelaskan, pengurangan berhasil dilakukan pada empat sektor yang biasa menggunakan merkuri. Empat sektor ini telah ditetapkan sebagai sumber utama penggunaan merkuri dalam Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri 2019.

Baca Juga

Pertama, sektor manufaktur. Tahun 2019, penggunaan merkuri berkurang 190,98 kg pada industri baterai dan berkurang 135,7 kg pada industri lampu. Sedangkan tahun 2020, industri baterai berhasil mengurangi penggunaan merkuri sebesar 219,26 kg, dan industri lampu mengurangi penggunaannya hingga 155,12 kg.

Kedua, bidang kesehatan. Penghapusan dilakukan dengan cara menarik ataupun melarang penggunaan alat kesehatan bermerkuri, yakni tambalan gigi amalgam, termometer yang memakai merkuri, dan tensimeter yang memakai merkuri.

Rosa mengatakan, tahun 2019, tiga jenis alat kesehatan itu berhasil ditarik sebanyak 118.730 unit, yang mengandung 7.146 kg merkuri. Sedangkan pada 2020, sebanyak 72.292 alat kesehatan ditarik, yang mengandung 4.731,6 kg merkuri.

Ketiga, sektor penambangan emas skala kecil. "(Pada sektor ini) bukan pengurangan, tapi penghapusan. Tahun 2019 berhasil dihapus penggunaan merkurinya sebanyak 10.450 kg dan jumlah yang sama pada 2020," kata Rosa dalam konferensi pers daring terkait Minamata Convention on Mercury, Selasa (26/10).

Keempat, sektor energi. Tahun 2019, penggunaan merkuri sektor ini berhasil dikurangi sebesar 60 kg. Tahun berikutnya berhasil dikurangi 710 kg. "Indonesia memang sudah melarang penggunaan merkuri pada kegiatan pertambangan," kata dia.

Dengan berkurangnya penggunaan merkuri di Tanah Air, lanjut Rosa, jumlah daerah yang berpotensi terdampak oleh aktivitas penggunaan zat itu juga berkurang. Jika pada 2018 terdapat 180 lokasi, kini hanya tersisa lima lokasi saja.

Rosa menerangkan, zat merkuri dapat mencemari media air, tanah, dan udara. Keberadaan merkuri itu berubah menjadi persoalan kesehatan ketika zat tersebut masuk ke dalam rantai makanan dan termakan oleh manusia.

"Itu berbahaya sekali (ketika merkuri masuk ke dalam tubuh)," ujar Rosa.

Untuk diketahui, merkuri dapat merusak sistem saraf, ginjal, paru-paru, hati, dan saluran pencernaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement