REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap, BUMN kerap mendapat proteksi sehingga tidak berani berkompetisi. Dia tidak senang dengan kebijakan BUMN rugi harus diberi penyertaan modal negara (PMN).
"Sehingga kalau yang lalu-lalu BUMN-BUMN terlalu keseringan kita proteksi, sakit, tambahin PMN, sakit, kita suntik PMN. Maaf, terlalu enak sekali," kata Presiden Jokowi dalam tayangan di kanal Youtube Sekretariat Presiden yang diunggah di Jakarta pada Sabtu (15/10).
Jokowi menyampaikan hal itu saat memberikan arahan kepada para Direktur Utama BUMN di Hotel Meruorah Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (14/10). Jokowi sepertinya kesal dengan masih ada BUMN yang tidak bisa bersaing.
"Berkompetisi tidak berani, bersaing tidak berani, mengambil risiko tidak berani. Bagaimana profesionalisme kalau itu tidak dijalankan? Jadi tidak ada lagi yang namanya proteksi-proteksi, sudah lupakan Pak Menteri yang namanya proteksi-proteksi," ucap mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.
Jokowi pun meminta agar BUMN dapat go global alias bisa bersaing di tingkat internasional. "Jadi mulai harus menata adaptasi pada model bisnisnya, teknologinya, paling penting ini. Dunia sudah seperti ini, Revolusi Iindustri 4.0, disrupsi teknologi, pandemi," ujarnya.
Menurut Jokowi, cara beradaptasi yang paling cepat adalah dengan bermitra. "Perusahaan global mana yang paling baik, ajak. Pasti mau dengan kita. Kita sudah dinilai prospek ke depan 10-20 tahun ke depan akan jadi ekonomi empat besar siapa yang tidak mau? Mau semua," ucapnya menekankan.
Dia juga berharap agar BUMN dapat cepat beradaptasi dengan perubahan yang cepat tersebut. Jokowi ingin jika ada BUMN rugi lebih baik ditutup.
"Kalau Pak Menteri (Erick Thohir) sampaikan pada saya, ini ada perusahaan seperti ini, kondisinya seperti ini, kalau saya tutup saja! Tidak ada selamet-selametin bagaimana kalau sudah begitu," kata Jokowi.