REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengajak masyarakat untuk terus mempraktikkan cuci tangan. Meskipun terkesan sederhana, tapi cuci tangan menggunakan sabun telah menyelamatkan banyak nyawa, termasuk dalam upaya pencegahan penularan Covid-19. Praktik ini mampu menekan potensi wabah raya yang berpusat dan berawal dari Indonesia.
“Praktik cuci tangan yang meningkat drastis sejak pandemi dimulai Maret 2020 yang lalu, meskipun tidak 100 persen memutus penularan virus Sars Cov-2 penyebab Covid, tapi mampu membatasi penularan pada batas tertentu,” ujar Reisa saat konferensi pers yang diunggah melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Menurut Reisa, laporan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) terkait perilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19 pada periode 13-20 Juli 2021 memperlihatkan hampir 75 persen anggota masyarakat sudah sering mencuci tangan. “Artinya 8 dari 10 orang Indonesia membersihkan tangannya sekitar 8 sampai dengan 10 kali sehari,” ucap Reisa.
Selain berkontribusi untuk mencegah penularan Covid-19, cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir minimal 20 detik juga menurunkan angka kematian karena diare, terutama pada balita. “Namun sayangnya, diare masih salah satu pembunuh anak-anak Indonesia berusia 12 sampai dengan 59 bulan,” kata dia.
Reisa kemudian mengutip keterangan Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Vensya Sitohang. Vensya menyebut cuci tangan menggunakan sabun dapat menurunkan dua penyakit penyebab utama kematian anak balita di Indonesia yaitu diare hingga 30 persen dan penyakit saluran pernafasan pada anak hingga 20 persen.
“Mari tingkatkan praktik cuci tangan kita sampai dengan 100 persen karena ini adalah cara termudah, termurah, dan tercepat membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita,” ajak Reisa.
Ia berharap praktik cuci tangan menggunakan sabun dapat terus dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya penularan berbagai penyakit lainnya.