Rabu 06 Oct 2021 20:07 WIB

Tim Vaksin Nusantara Tunggu Hasil Uji Klinis BPOM

Tim Vaksin Nusantara siap lanjutkan uji klinis.

Mayor Jenderal TNI (Purn) dr Daniel Tjen Sp.S, salah seorang yang tergabung dalam Tim Vaksin Nusantara dalam webinar yang digelar Beranda Ruang Diskusi dengan moderator Chelsia Chan, Dosen Hukum Media Unika Atma Jaya, pada Rabu (6/10).
Foto: Dok Republika
Mayor Jenderal TNI (Purn) dr Daniel Tjen Sp.S, salah seorang yang tergabung dalam Tim Vaksin Nusantara dalam webinar yang digelar Beranda Ruang Diskusi dengan moderator Chelsia Chan, Dosen Hukum Media Unika Atma Jaya, pada Rabu (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Tim Vaksin Nusantara siap melanjutkan uji klinis ke fase selanjutnya. Namun, masih menunggu hasil uji klinis fase 2 yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Mayor Jenderal TNI (Purn) dr Daniel Tjen Sp.S, salah seorang yang tergabung dalam Tim Vaksin Nusantara mengatakan, pihaknya siap melanjutkan uji klinis fase 3.

Baca Juga

"Jadi pada saat ini kemajuannya adalah, kita sedang menunggu publikasi dari uji klinis fase 2 dan apabila selesai kita akan lanjut (ke fase 3)," ujar dr Daniel dalam webinar yang digelar Beranda Ruang Diskusi dengan moderator Chelsia Chan, Dosen Hukum Media Unika Atma Jaya, pada Rabu (6/10). 

dr Daniel berharap, Vaksin Nusantara yang secara khusus saat ini ditujukan kepada kelompok-kelompok yang sangat rentan, yang oleh sesuatu dan lain hal tidak bisa mendapatkan vaksin konvensional dapat menggunakan Vaksin Nusantara.

"Apabila mereka terpapar oleh Covid-19, maka mereka akan berat. Sekali lagi keberadaan sel dendritik ini adalah untuk mengisi ruang sebagai peran serta kita karena kita ketahui bahwa ada kelompok masyarakat yang rentan hingga dan belum dapat perlindungan dari vaksin yang ada saat ini," kata dr Daniel.

Tim Peneliti Vaksin Nusantara, kata dr Daniel, sesuai dengan arahan para pemimpin, termasuk dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tim akan bekerja sesuai dengan kaidah ilmiah. Hal itu juga menjadi patokan tim untuk menentukan siapa saja yang bisa menjadi relawan Vaksin Nusantara.

"Jadi tim peneliti cermat dan kita yakin akan bekerja secara profesional. Dan di situ ada kriteria kelompok masyarakat yang mana saja bisa menjadi relawan," kata dia.

Vaksin Nusantara, kata dr Daniel, bersifat personal. Platform sel dendritik sebagai salah satu platform imunoterapi sangat bersifat individual dan presisi.

"Ada perbedaan pendekatan pendekatan platform vaksin dendritik dengan vaksin yang lain. Yang kita datangkan adalah perangkatnya," ungkapnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melkiades Laka Lena mengatakan, pihaknya sudah meminta agar BPOM segera mengeluarkan hasil uji klinis tahap 2. 

"Intinya, dukungan dari DPR RI dari awal sejak vaksin ini belum menjadi perhatian secara umum. Artinya, kami terus mendukung dan sejauh ini kami melakukan berbagai upaya agar progres Vaksin Nusantara maju ke depan. Komunikasi para pimpinan DPR RI dengan pemerintah, dengan Presiden, Wapres dan menteri terkait termasuk BPOM terus kami lakukan," tuturnya.

Di sisi lain, Melki mengaku dia dan keluarganya merupakan bagian dari relawan Vaksin Nusantara. 

"Saya termasuk yang beruntung, saya relawan Vaksin Nusantara. Istri saya relawan, anak saya relawan, ponakan saya relawan, mama saya relawan," ucapnya.

Namun lantaran Vaksin Nusantara belum ada di aplikasi Pedulilindungi, Melki mengaku juga melakukan vaksinasi dengan vaksin konvensional. 

"Tapi untuk pengobatan murni saya pakai Vaksin Nusantara yang kemudian juga diterima oleh keluarga saya," katanya.

Anggota DPD RI, Prof Dr Hj Silviana Murni SH, MSi sebagai salah seorang yang mendapatkan penyuntikan langsung Vaksin Nusantara dari Terawan mengaku tidak mendapatkan gejala apapun usai disuntik.

"Saya meyakini bahwa Vaksin Nusantara ini mampu mengakselerasi mengatasi pandemi Covid-19. Saya merasakan bahwa saya sehat. Bahkan, saya keliling Indonesia. Alhamdullilah saya bisa bertestemoni agar orang-orang bisa yakin bahwa Vaksin Nusantara ini memang sangat ditunggu," kata Silviana Murni.

Silviana bahkan mengaku, ada salah satu temannya yang sengaja menunggu Vaksin Nusantara dan belum melakukan vaksinasi konvesional.

"Menunggu Vaksin Nusantara. Kasihan sekali mereka menunggu Vaksin Nusantara."

Silviana berharap, pilihan terhadap Vaksin Nusantara dapat segera terwujud. 

"Pak Terawan mengatakan 'Saya tidak ingin apa-apa, saya hanya ingin berbuat banyak untuk masyarakat lainnya'. Mudah-mudahan ini menjadi langkah kita mengatasi pandemi Covid-19. Vaksin Nusantara Insyaallah itu lah yang sangat kita butuhkan sebagai bangsa yang mandiri," tandasnya.

Hadir dalam Webinar dengan tema "Merindukan Vaksin Nusantara" para pendiri Beranda Ruang Diskusi, Raldy Doy (tvOne) dan Dar Edi Yoga (askara.co) serta wartawan dari berbagai daerah di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement