Selasa 28 Sep 2021 22:23 WIB

Gatot Dinilai Angkat Isu Komunisme demi Kepentingan Politik

Gatot baru-baru ini menuding komunisme telah menyusup ke tubuh TNI.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Mantan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Foto: Republika/Prayogi
Mantan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengendus aroma politis atas tudingan yang dialamatkan Gatot Nurmantyo kepada TNI. Gatot baru-baru ini menuding komunisme telah menyusup ke tubuh TNI.

Khairul mengamati, Gatot tak lepas dari aktivitas politik pascalengser dari kursi nomor 1 di TNI. Gatot tercatat sebagai Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang lantang menentang pemerintah. Sehingga ia menduga ada motif politik di balik tudingan Gatot.

Baca Juga

"Meski sudah pensiun dari TNI dan sampai saat ini tak berpartai, namun dia banyak terlibat dalam kegiatan yang bersifat politis. Maka, sulit untuk tidak melihat bahwa peringatan Gatot soal bahaya laten komunisme itu diangkat untuk kepentingan politiknya," kata Khairul kepada Republika, Selasa (28/9).

Khairul memantau, Gatot memang konsisten mengangkat isu soal komunis, terutama setiap mendekati akhir September. Pada September 2020, Gatot tercatat melempar isu pergantian jabatan dirinya sebagai Panglima TNI berkaitan dengan instruksinya memutarkan film G30S/PKI.

"Tanpa kita sadari, dia menjadi top of mind dan menjadi bagian dari perbincangan, perdebatan dan pemberitaan tiap kali negara ini bersiap memperingati Hari Kesaktian Pancasila," ujar Khairul.

Khairul menganggap wajar jika Gatot secara konsisten memilih isu komunisme untuk menjaga dan mengelola eksistensi diri. Menurutnya, isu G30S/PKI masih sangat menarik bagi sebagian masyarakat, terutama kelompok-kelompok Islam maupun kelompok-kelompok yang terasosiasi dengan militer.

"Isu semacam ini, banyak diminati oleh influencer dan buzzer baik online maupun offline," ucap Khairul.

 

Selain itu, Khairul menyebut ada banyak orang yang dengan senang hati dan sukarela akan menggaungkan narasi dan aksi apapun terkait isu G30S, baik positif maupun negatif. Kemudian ada banyak media yang memberi ruang bagi kemunculan Gatot setiap tahunnya.

"Sekarang ini ibaratnya, membincangkan PKI tanpa menyebut nama Gatot itu gak ramai, gak seru," tutur Khairul.

Sebelumnya, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyampaikan kabar hilangnya diorama G30S PKI dan patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad. Dari akun YouTube Hersubeno Point, Gatot menyebut, diorama G30S/PKI yang hilang tersebut adalah momen ketika Mayjen Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo untuk menumpas PKI.

Di diorama itu terlihat Mayjen Soeharto berdiri di hadapan Sarwo Edhie. Kemudian, di sebelahnya tampak Jenderal AH Nasution tengah duduk sambil memegang tongkat, dan mengangkat kakinya ke meja dengan diperban, usai ditembak personel Cakrabirawa.

"Mengapa saya sampaikan ini? Untuk mengingatkan bahwa indikasi seperti ini apabila dibiarkan maka peristiwa kelam tahun 65 bisa terjadi lagi. Betapa menyakitkan dan menyedihkan. Yang korban rakyat juga," ucap Gatot.

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) telah membantah menghilangkan sejumlah patung tokoh negara yang dipajang di Museum Darma Bhakti Kostrad. Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin (28/9), menyatakan, Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.

"Tapi, pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin," kata Haryantana.

 

photo
Poin-Poin Deklarasi KAMI - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement