REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aktris Cinta Laura menyebut permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah saling menjatuhkan karena adanya perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan. Padahal, menurut dia, pondasi Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang seharusnya saling memeluk perbedaan dan bertoleransi.
“Karena pemahaman yang terbatas dan pemikiran yang tidak kritis, orang-orang terjebak dalam cara berpikir di mana mereka telah 'memanusiakan' Tuhan. Mereka merasa memiliki hak mendikte kemauan Tuhan, tahu pemikiran Tuhan, dan berhak bertindak atas nama Tuhan yang akhirnya seringkali berubah menjadi sifat radikal,” kata Cinta dalam launching 'Aksi Moderasi Agama', Rabu (22/9).
Dari perbincangan beberapa waktu lalu dengan Habib Husein Ja’far, dia sepakat bahwa bahaya yang masyarakat Indonesia alami saat ini adalah mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan pribadi. Cinta menegaskan, menyesatkan generasi penerus bangsa dengan prinsip hidup yang sebenarnya tidak ada dalam kitab suci agama, kerap terjadi.
Menurut dia, kondisi ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, kurangnya bimbingan kepada masyarakat agar memahami sebuah ajaran dengan akal kritis sehingga tidak tersesat dalam cara berpikir mereka. Selain itu, dia menuturkan pentingnya menyeimbangi segala ilmu yang dimiliki dengan nilai-nilai yang ada dalam budaya, sains, atau aliran pemikiran lain.
“Fungsi agama satu, yaitu membimbing kompas moral manusia. Mengingatkan manusia untuk memperlakukan satu sama lain dengan hormat. Kita harus bersyukur dan sadar, waktu di dunia ini singkat. Oleh karena itu, ingatlah untuk selalu menjadi sosok rendah hati dan terus membantu,” ujar dia.
Untuk menciptakan masyarakat yang damai, ada sejumlah hal yang harus dilakukan. Pertama, penting untuk mengingatkan kembali masyarakat akan indah dan unik semua budaya yang dimiliki Indonesia. Sebarkan itu melalui semua platform digital.
Kedua, Cinta meminta agar ajaran agama yang ada dalam sistem pendidikan harus adil dalam merepresentasikan agama-agama lain. Ini dilakukan supaya masyarakat bisa mengerti sejak kecil bahwa semua agama mengajarkan kebaikan dan tidak seharusnya saling menyakiti hanya karena suatu perbedaan.
Ketiga, terapkan cara berpikir kritis dengan mengajarkan membaca dan mempelajari semua hal dari berbagai sudut pandang. Sehingga ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu seseorang agar tidak mudah dipengaruhi dan dijajah pikirannya.
“Terakhir, gunakan teknologi canggih sebagai alat yang dapat menyebarkan nilai-nilai toleransi agar negara ini bisa kembali menjadi Indonesia sejati,” tambahnya.