REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang Suroto, peternak yang bentangkan poster protes di Blitar, ke Istana Negara merupakan langkah yang positif. Ia mengimbau agar hal tersebut tidak berhenti hanya pada Suroto.
"Kalau mau serius orang-orang yang mengkritik di mana-mana panggil saja. Bikin forum tukang kritik presiden, itu jauh lebih mantap," kata Adi dalam sebuah diskusi daring, Ahad (19/9).
Menurutnya tidak heran jika publik menganggap bahwa pemanggilan Suroto terkesan untuk menutupi-nutupi anggapan bahwa Presiden Jokowi antikritik. Untuk menjawab itu, Presiden dinilai perlu menanggapi setiap pengkritiknya secara rutin dan berkala.
"Menurut saya itu penting ya sehingga apa yang terjadi hari ini pemanggilan Pak Suroto itu terkesan ingin menutupi kritik yg selama ini datang kepada Presiden dan Istana, termasuk juga kritik ke kepolisian. Apa susahnya mengundang mereka yang selalu berdenyut setiap saat mengkritik presiden. mulai dari BEM, mulai dari LSM, misalnya bikin zoom secara berkala setiap bulan sekali," ujarnya.
"Tapi kalau hanya sebatas menyatakan presiden antikritik, silakan dikritik, tapi setelah itu tidak ada jaminan apapun bagi yang mengkritik, ya pemanggilan Pak Suroto ini hanya sebatas sandiwara drama-drama," imbuhnya.
Sebelumnya, seorang pria membentangkan poster pada saat Presiden mengunjungi Makam Bung Karno di Blitar pada 7 September 2021. Poster tersebut bertuliskan "Pak Jokowi Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar".
Pria tersebut belakangan diketahui bernama Suroto. Presiden Jokowi mengundang Suroto ke Istana Negara, Rabu (15/9) lalu.
"(Presiden) berterima kasih, berterima kasih sekali dengan apa yang saya lakukan itu, (menurut Presiden) 'kalau ndak ada kamu yang membentangkan poster, saya ndak akan tahu kondisi di bawah' karena laporan anak buahnya tidak sampai ke atas," kata Suroto di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Rabu.