Rabu 08 Sep 2021 20:39 WIB

Kapendam: Warga Maybrat Takut ke Kampung Karena Diancam KST

Sempat terjadi kontak tembak, namun KST kabur ke hutan lebih cepat.  

 Panglima Kodam (Pangdam) XVIII Kasuari, Mayor Jenderal (Mayjen) Nyoman Cantiasa didampingi Kapolda Papua Barat Irjen Tornagogo Sihombing, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, dan Bupati Maybrat Bernard Sigrim mandatangi lokasi penyerangan di Pos Koramil, Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Maybrat, Papua Barat. (Ilustrasi)
Foto: Istimewa
Panglima Kodam (Pangdam) XVIII Kasuari, Mayor Jenderal (Mayjen) Nyoman Cantiasa didampingi Kapolda Papua Barat Irjen Tornagogo Sihombing, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, dan Bupati Maybrat Bernard Sigrim mandatangi lokasi penyerangan di Pos Koramil, Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Maybrat, Papua Barat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Tim gabungan TNI masih mengejar kelompok separatis teroris (KST) yang menyerang Pos Koramil Kisor Kodim 1809/Maybrat, di Desa Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Kepala penerangan Kodam XVIII/ Kasuari, Kolonel Artileri Medan Hendra Pesireron, mengatakan, tim gabungan sudah menduduki sejumlah perkampungan warga yang sempat menjadi lokasi teror kelompok itu.

"Secara umum situasi Kabupaten Maybrat kondusif, tim gabungan sudah berada di sejumlah kampung untuk menjamin keamanan masyarakat," ujar dia, dalam siran pers, diterima Rabu (8/9).

Dia menyataka, pada 5 September 2021 lalu, tim gabungan sempat kontak senjata dengan anggota KST di perkampungan wilayah Distrik Aifat Timur. "Saat tim melakukan penyisiran, didapati sejumlah anggota KST yang merusak fasilitas jembatan penyeberangan di wilayah Aifat Timur. Sempat terjadi kontak tembak namun kelompok itu kabur ke hutan lebih cepat," katanya.

Dia juga mengatakan, masyarakat sipil di perkampungan Aifat Selatan dan Aifat Timur agar tidak panik karena sasaran penyisiran tim gabungan adalah KST yang melakukan penyerangan pos TNI AD di Kampung Kisor. Pihaknya sudah menghimbau kepada masyarakat agar kembali ke kampung melaksanakan aktivitas seperti biasa, karena identitas para pelaku sudah kami kantongi. 

"Kami tidak akan salah sasaran atau mengancam masyarakat yang tak tahu apa-apa," ujar dia.

Adapun laporan masyarakat, kata dia, KST lebih dulu meneror dan mengintimidasi masyarakat sipil agar tidak kembali ke perkampungan. "Kami terima laporan masyarakat bahwa mereka ketakutan bukan karena kehadiran aparat NKRI, tetapi karena diancam akan dibunuh KST jika kembali ke perkampungan," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement