REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat masyarakat harus menjalani keseharian dengan lebih mempertimbangkan aspek kesehatan. Salah satu caranya dengan mengatur asupan gizi lebih baik agar kesehatan terjaga baik pula.
Konsep gizi seimbang ternyata tetap bisa diadopsi untuk memastikan asupan gizi terjaga selama pandemi. Dalam praktiknya, aturan makan gizi seimbang bisa diwujudkan dengan konsep 'Isi Piringku'.
Kepala Prodi Gizi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Agung Nugroho menjelaskan, isi piringku berisi makanan bergizi yang memenuhi zat gizi makro dan mikro. "Zat gizi makro adalah karbohidrat, kemudian protein, dan lemak. Karbohidrat didapatkan dari sumber makanan pokok, ada beras, jagung, kemudian singkong," ujarnya saat mengisi FGD yang digelar Republika bersama BNPB bertema Kiat Menjaga Gizi di Masa Pandemi, Sabtu (4/9).
Kemudian, dia melanjutkan, gizi protein juga terpenuhi. Adapun sumber protein macam-macam, bisa dari makanan tahu atau tempe, kemudian zat pengatur vitamin dan mineral, serta sumber seratnya didapatkan dari sayuran. Ia menambahkan, dalam isi piringku lebih bisa dibagi komposisinya yaitu nasi sebesar 20 persen, lauk 20 persen. Lalu sisanya diisi sayur dan buah.
Kendati demikian, ia mengakui ini kembali pada kondisi masing-masing individu. Sebab, ada orang menderita gagal ginjal dan jika konsumsi makanan tinggi protein bisa memperparah penyakitnya. Atau jika menderita asam urat kemudian konsumsi protein yang tinggi purin akan jadi masalah.
Agung mengingatkan, tidak ada satupun bahan makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang diperlukan tubuh. "Karena ada makanan supaya terserap tubuh butuh zat gizi yang lain, contohnya zat besi yang bisa terserap kalau asupan vitamin C cukup," katanya.
Karena itu, dia melanjutkan, isi piringku harus berisi bahan makanan yang sumber gizinya sangat beragam. Misalnya sumber karbohidrat tidak hanya nasi, bisa singkong, ubi, jagung. Kemudian setidaknya dalam sehari konsumsi air 1,5 liter hingga 2 liter.
"Yang jelas, memang kita butuh meningkatkan imunitas, tetapi tidak hanya dari makanan dengan menambah protein, lemak bahkan vitamin A, vitamin B, vitamin E larut lemak. Lakukan juga aktivitas fisik, namun kalau selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hobinya rebahan maka bisa kelebihan berat badan (BB)," ujarnya.
Di kesempatan yang sama, pemilik label makanan sehat Dapur Ikobana sekaligus rumah tangga Honesty Rasyid menambahkan, untuk menyiapkan makanan sehat dengan biaya murah maka kiatnya adalah menentukan menu harian. "Selain itu, memasak supaya lebih hemat. Bahan masakannya bisa belanja di pasar tradisional, apalagi kalau pagi hari lebih segar dan tingkat gizinya tinggi atau manfaatkan momen promo di supermarket san bahannya bisa disimpan," katanya.
Terkait makanan yang dijajakan di warung makan dengan harganya lebih murah, ia mengakuinya. Faktor keamanan pangan yang bebas pengawet, perasa tambahan dan lainnya tapi harus jadi pertimbangan.
Honesty mengatakan, memasak sendiri makanan di rumah bisa menjamin kesehatan dan keamanan pangan. Termasuk lebih hemat. "Kalau lebih memilih saya masak sendiri," ujarnya.