Ahad 10 Aug 2025 10:07 WIB

Pakar Sarankan Survei Berkala untuk Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis

Program sudah menjangkau jutaan penerima manfaat, evaluasi jadi langkah strategis.

Siswa menyantap makanan saat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Jati 03, Pulogadung, Jakarta, Rabu (7/5/2025). Dalam kesempatan tersebut Presiden Prabowo Subianto bersama tokoh filantropi dunia sekaligus pendiri Microsoft Bill Gates melihat langsung kualitas dan antusias siswa SDN Jati 03, Pulogadung saat pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Foto: Republika/Prayogi
Siswa menyantap makanan saat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Jati 03, Pulogadung, Jakarta, Rabu (7/5/2025). Dalam kesempatan tersebut Presiden Prabowo Subianto bersama tokoh filantropi dunia sekaligus pendiri Microsoft Bill Gates melihat langsung kualitas dan antusias siswa SDN Jati 03, Pulogadung saat pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar kesehatan sekaligus mantan Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara periode 2018–2020, Prof Tjandra Yoga Aditama, menilai perlu dilakukan survei terkait pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jakarta. Ini sebagai bagian dari evaluasi pemerintah.

“Baik kalau di Jakarta dari waktu ke waktu dilakukan survei kepuasan konsumen, baik penerima MBG, orang tua, guru, maupun penyedianya,” ujar Tjandra saat dihubungi di Jakarta, Ahad (10/8/2025).

Baca Juga

Selain survei, ia menyarankan dilakukannya studi kohort atau penelitian observasional secara berkala untuk menilai dampak MBG sejak pertama kali dijalankan hingga beberapa tahun ke depan. Studi tersebut, menurutnya, harus mencakup empat aspek: gizi, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

“Memang studi kohort ini harus dilakukan beberapa tahun supaya hasilnya tidak bias. Namun proses pengumpulan data dari waktu ke waktu harus dikerjakan dengan cermat sesuai kaidah ilmiah yang sahih,” ujarnya.

Tjandra mencatat, per Juli 2025 program MBG telah berjalan selama enam bulan dengan mencakup hampir 7 juta penerima manfaat, jumlah ini melebihi total penduduk Singapura yang sebanyak 5,9 juta jiwa.

Menurutnya, setelah berjalan setengah tahun, pelaksanaan MBG memerlukan evaluasi. Salah satunya adalah meninjau program ini melalui kerangka School Nutrition Package Framework atau Standar dan Pedoman Minimum untuk Paket Gizi Sekolah yang digunakan World Food Program (WFP).

“Ada lima kegiatan utama di dalamnya, yaitu makanan bergizi, literasi gizi, suplementasi, aktivitas fisik, dan suasana lingkungan makanan sekolah yang baik,” kata Tjandra.

Ia menekankan dua aspek kesehatan yang perlu menjadi perhatian dalam MBG, yakni jaminan mutu gizi makanan dan keamanan pangan.

Untuk jaminan mutu gizi, ia menyarankan penerapan prinsip gizi seimbang sesuai konsep “Isi Piringku”. Sedangkan untuk keamanan pangan, pengelola MBG harus berpegang pada prinsip keamanan pangan mulai dari penyediaan bahan pangan hingga penyajian makanan kepada anak-anak.

Adapun per awal Agustus 2025, penerima MBG tercatat telah menembus kurang lebih 8 juta orang.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement