REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan ada tiga poin utama dalam memperkuat nasionalisme dan kebangsaan untuk mewujudkan peradaban Indonesia Emas pada tahun 2045. Poin pertama, jelas Anies, penting sekali menambahkan kosakata Bahasa Indonesia dengan menyerap seluruh bahasa daerah yang ada di Tanah Air.
“Sehingga Bahasa Indonesia menjadi semakin kaya,” kata Anies dalam diskusi virtual bertajuk Memperkuat Nasionalisme dan Kebangsaan untuk Mewujudkan Peradaban Indonesia Emas 2045, Jumat (27/8) malam.
Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu mengungkapkan saat ini jumlah kosakata dalam Bahasa Indonesia baru mencapai 130 ribu kosakata. Padahal, bahasa internasional lainnya seperti Bahasa Inggris telah mencapai satu juta kosakata dan Bahasa Arab sebanyak 12,6 juta kosakata.
Anies pun berharap agar Bahasa Indonesia dapat menyerap lebih banyak lagi kosakata dari bahasa daerah yang ada. Ia mencontohkan, kata ‘tsunami’ merupakan serapan dari Bahasa Jepang. Padahal, dia menyebut, dalam Bahasa Aceh ada sebutan ‘smong’ untuk mengartikan gelombang laut besar yang melanda setelah gempa berkekuatan tinggi terjadi.
“Kalau kita gunakan kata smong daripada tsunami, kita akan menggunakan istilah bahasa dari bangsa kita sendiri. Bahasa ini menurut saya, satu unsur yang harus secara serius diperkaya. Tidak usah menyerap dari bahasa internasional, tapi menyerap dari bahasa daerah. Sering kali kita melupakan aspek bahasa sebagai peningkat rasa kebersamaan,” jelas dia.
Poin kedua, sambung Anies, yakni pentingnya menyadari bahwa bangsa Indonesia hadir sebagai sebuah persenyawaan antar unsur yang ada di dalamnya. “Sesungguhnya kita adalah satu persenyawaan yang dibuat dari berbagai unsur. Ini saya rasa perlu kita kembali menyadari Indonesia bukan sekadar kumpulan suku bangsa, tapi Indonesia adalah persenyawaan antar suku bangsa,” ujarnya.
Poin terakhir adalah pentingnya menjaga persatuan melalui pilar rasa keadilan. Menurut Anies, jika terjadi ketimpangan antarmasyarakat dalam berbagai hal, maka rasa persatuan sulit dicapai.
“Akan tetapi rasa keadilan menjadi pengantar untuk hadirnya persatuan. Insya Allah keseriusan kita untuk menghadirkan rasa keadilan akan memberikan manfaat jangka panjang untuk semuanya,” tutur dia.