Selasa 24 Aug 2021 19:01 WIB

Indonesia Diyakini Luhut akan Kesulitan Capai Herd Immunity

Luhut fokus agar Indonesia bisa hidup berdampingan dengan pandemi.

Warga mulai mengunjungi pusat perbelanjaan Ambarukmo Plaza, Sleman, Yogyakarta, Selasa (24/8). Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan faktor varian Delta buat pemerintah pilih fokus di pengendalian pandemi, bukan semata targetkan herd immunity.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Warga mulai mengunjungi pusat perbelanjaan Ambarukmo Plaza, Sleman, Yogyakarta, Selasa (24/8). Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan faktor varian Delta buat pemerintah pilih fokus di pengendalian pandemi, bukan semata targetkan herd immunity.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rr Laeny Sulistyawati

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia, sulit mencapai herd immunity atau kekebalan berkelompok. Luhut mengatakan faktor Covid-19 yang telah bermutasi ke varian Delta membuat Indonesia sulit menggapai herd immunity.

Baca Juga

Luhut menerangkan, varian Delta tersebut memiliki angka reproduksi penularan antara 5,0 sampai 8,0 kali, sedangkan tingkat efikasi vaksin rata-rata hanya 60 persen. "Strategi kami sekarang tidak bicara herd immunity lagi, tetapi mengendalikan (pandemi) ini," ujar Menko Luhut Pandjaitan dalam Rakornas Apindo yang digelar secara daring, Selasa (24/8).

Pemerintah sudah menetapkan tiga langkah strategis dalam menurunkan angka reproduksi virus atau penularan Covid-19. Yaitu mengurangi proporsi populasi yang rentan terhadap infeksi melalui penerapan 3M dan 3T, mengurangi durasi kontak, dan meningkatkan proporsi populasi yang kebal atau imun melalui vaksinasi.

Luhut menjelaskan angka reproduksi virus kini berada di level 1,2 hingga 1,5 melalui penerapan 3M dan 3T yang dilakukan saat ini. Wabah akan terkendali apabila level reproduksinya berada di bawah angka satu, namun dengan catatan cakupan vaksinasi tinggi ditambah dengan penerapan 3M dan 3T yang juga tinggi di masyarakat.

Pemerintah memakai aplikasi Peduli Lindungi untuk memaksimalkan upaya testing, tracing, dan treatment(3T) dalam mengurangi penularan Covid-19 terutama di tempat-tempat publik dan keramaian, seperti pusat perbelanjaan, mal, hingga kawasan pabrik dan industri. "Anda punya handphone akan menceritakan kalau ada yang tertular atau ketemu siapa saja di sekitar Anda, karena dari handphone ke handphone akan main (terhubung)," ujar Luhut.

Pada Maret 2020 angka reproduksi Covid-19 di Indonesia mencapai 2,5 dan menurun menjadi 1,1 pada Maret 2021 melalui penerapan kebijakan PSBB, PPKM, 3M, dan 3T. Namun Juli 2021 angka reproduksi virus kembali naik ke angka 1,5 karena peningkatan mobilitas masyarakat yang tidak diikuti penguatan kesadaran penerapan 3M dan 3T.

Pemerintah menargetkan melalui penerapan PPKM berbasis level ditambah penguatan 3M dan 3T, serta cakupan vaksinasi 75 persen akan menurunkan angka reproduksi Covid-19 menjadi 0,9 pada Oktober 2021. "Kami menargetkan Oktober ini bisa lebih terkendali kalau menerapkan aplikasi Peduli Lindungi, vaksinasi jalan, testing dan tracing jalan, serta pakai protokol kesehatan yang ketat," ujar Luhut.

Upaya mencapai 70 persen populasi divaksinasi tetap menjadi upaya pemerintah. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengemukakan, kekebalan kelompok sebesar 70 persen dari populasi di Indonesia melalui vaksinasi masih menjadi sasaran pemerintah untuk keluar dari pandemi.

"Jadi kita berharap kekebalan kelompok masih bisa menjadi sesuatu yang kita bisa capai, asal lebih cepat orang segera dapat dosis pertama dan dosis kedua," kata Nadia, Selasa. Nadia mengatakan efikasi vaksin Covid-19 yang kini tersedia di Indonesia masih relevan dengan perkembangan mutasi virus Corona yang terjadi saat ini.

Sejak awal pengadaan vaksin, pemerintah telah mengukur batas efikasi terendah berkisar 55 hingga 60 persen untuk melindungi masyarakat dari penularan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. "Jadi kalau kita lihat perhitungan kita di awal itu adalah efikasi vaksin kita hitung 55 hingga 60 persen. Kita sudah mengambil batas terendah dari efikasi sebuah vaksin," katanya.

Menurut Nadia, efikasi vaksin tersebut saat ini sedang disuntikkan kepada 70 persen populasi di Indonesia berdasarkan kelompok usia 12 tahun ke atas. "Kalau kemudian kita menyelesaikan sasaran vaksinasi tadinya minimal hanya 181 juta, sekarang bertambah dengan sasaran ibu hamil, artinya kita sudah melebihi angka 70 persen penduduk," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement