REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan seluruh unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) se-Provinsi Jawa Timur untuk tetap berhati-hati dan waspada meskipun angka kasus aktif Covid-19 dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau BOR relatif menurun. Hal tersebut disampaikan Presiden saat memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Ronggo Djoemeno, Madiun, pada Kamis (19/8) kemarin.
“Yang disampaikan Bu Gub tadi sudah turun, BOR-nya turun, kasus aktif turun. Tapi saya minta, tetap minta semuanya hati-hati. Waspada mengenai yang namanya Covid-19 ini. Jangan sampai ada varian baru datang karena bermutasi dan kita tidak waspada tahu-tahu meledak menjadi jumlah yang sangat banyak," kata Jokowi dalam arahannya yang diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (20/8).
Presiden pun meminta seluruh pemimpin daerah dan pemangku kepentingan di Jawa Timur agar bertanggung jawab melakukan penanganan pandemi di wilayahnya masing-masing. Jokowi juga mengarahkan Pangdam dan Kapolda menggerakkan unsur di bawahnya untuk menyelesaikan dan menyediakan tempat isolasi terpadu (isoter) bagi masyarakat yang terpapar.
“Kurangi yang isoman, ditarik ke isolasi yang terpusat. Ini akan sangat mengurangi sekali laju penyebaran (Covid-19),” tambahnya.
Selain itu, Presiden meminta seluruh bupati dan wali kota agar segera menghabiskan stok vaksin dan mempercepat pelaksanaan vaksinasi. Ia mengatakan, pada Agustus ini Indonesia akan kedatangan sedikitnya 72 juta dosis vaksin dan pada September akan kedatangan 70 juta dosis vaksin.
"Yang biasanya itu sebulan hanya 8 juta (dosis vaksin), 10 juta, selama tujuh bulan kita hanya dapat 68 juta. Berarti per bulan kira-kira hanya 10 juta. Ini 72 (juta dosis vaksin), 70 juta, sehingga cepat habiskan," ujarnya.
Lebih lanjut, Presiden juga menyoroti tingginya angka kematian di Jawa Timur yang mencapai 7,1 persen. Menurutnya beberapa kemungkinan penyebab tingginya angka kematian ini antara lain karena pasien isoman tidak segera dibawa ke tempat isolasi terpusat. Selain itu, mereka yang bergejala berat terlambat dibawa ke rumah sakit.
Tingginya angka kematian ini, kata dia, juga disebabkan karena faktor komorbid pasien Covid-19.
"Saturasinya sudah turun baru dibawa ke rumah sakit, terlambat, yang banyak di situ. Yang kedua komorbidnya. Dua ini menurut saya (penyebab) kenapa (angka kematian) tinggi," jelasnya.
Jokowi pun meminta agar unsur pemerintah maupun TNI dan Polri di daerah benar-benar memahami kondisi penanganan Covid-19 di lapangan. Dengan menguasai kondisi di lapangan, langkah antisipasi dan respons yang tepat terhadap perubahan situasi bisa segera dilakukan.
"Jangan sampai kita nggak tahu posisinya, kemudian virusnya masuk, baru kita grobyakan. Ini jangan sampai terjadi," katanya.