Jumat 30 Jul 2021 11:48 WIB

Varian Delta yang tak Pernah Diprediksi Ledakannya

Presiden sebut ledakan kasus pelan-pelan sudah bisa direm.

Presiden Joko Widodo mengatakan kehadiran varian delta di Tanah Air tidak diprediksi. Lonjakan kasus pun terjadi menyebabkan pemerintah mengambil langkah penarapan PPKM Darurat dan perpanjangannya.
Foto:

Berdasarkan catatan WHO, dikutip dari laman PBB, varian delta kini telah menyebar di 132 negara di dunia. Penyebaran varian delta tergolong sangat cepat karena baru ditemukan di awal tahun ini, dibandingkan varian alfa yang pertama kali muncul di Wuhan, China, di akhir 2019.

Saar ini varian alfa sudah dideteksi di 182 negara. Lalu varian beta di 131 negara dan varian gamma ada di 81 negara.

Kenaikan kasus yang cukup banyak ditemukan masih di negara-negara Amerika dan Pasifik Barat. Lonjakan kasusnya menurut WHO mencapai 30 persen dan 25 persen. Kenaikan kasus tersebut berkontribusi pada lonjakan kasus kematian, yaitu hingga 21 persen dibanding pekan lalu.

Jika tren ini berlanjut, WHO mencatat jumlah total kasus Covid-19 global bisa mencapai 200 juta orang dalam dua pekan mendatang. Saat ini sudah 194 juta kasus Covid-19 terjadi secara global dengan angka kematian 4,1 juta jiwa.

Asia Tenggara juga menjadi sorotan WHO karena kenaikan kasus baru, meski lajunya lebih rendah. Indonesia menjadi salah satu yang disorot dengan kenaikan kasus tinggi dalam sepekan.

Seminggu terakhir kenaikan kasus tertinggi berasal dari Amerika, dengan lebih dari 500 ribu kasus baru. Angka termasuk melonjak naik 131 persen.

Selanjutnya disusul Brasil 324.334 kasus baru, Indonesia 289,029 kasu baru, Inggris 282.920, dan India 265.836. Data WHO dihitung sepekan dari 28 Juli 2021.

Kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan bisa memicu kemungkinan munculnya varian baru lagi di masa datang. Varian tersebut sangat mungkin lebih berbahaya dari sebelumnya.

"Pandemi ini jauh dari selesai," jelas Kepala Komite Kedaruratan Covid-19 WHO, Profesor Didier Houssin, seperti dilansir ABC News.

Di awal pandemi, SARS-CoV-2 hanya terdiri dari satu varian virus. Namun seiring dengan penyebarannya di dunia, virus ini bermutasi, memunculkan beragam varian-varian baru di mana sebagian di antaranya lebih mudah menular dibandingkan varian awal.

WHO mengatakan saat ini ada empat varian SARS-CoV-2 yang dilabeli sebagai variants of concern. Seiring dengan terus menyebarnya virus SARS-CoV-2, varian-varian baru bisa bermunculan di masa depan. WHO memperingatkan bahwa sebagian dari varian-varian baru tersebut mungkin akan lebih menantang untuk dikendalikan.

"Virus (SARS-CoV-2) terus berevolusi, menghasilkan varian-varian yang lebih menular," tukas Direktur Jendral WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Vaksin merupakan salah satu perangkat terpenting untuk mencegah penyebaran varian-varian SARS-CoV-2 yang ada saat ini. Dengan menghambat penyebarannya, virus ini akan memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk berevolusi menjadi varian baru.

WHO menekankan bahwa vaksinasi, yang dikombinasikan dengan penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan masker hingga jaga jarak fisik, masih menjadi strategi yang paling efektif untuk melawan penyebaran varian-varian SARS-CoV-2.

photo
Gejala Covid-19 terkait varian delta. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement