REPUBLIKA.CO.ID, Kisah orang-orang yang harus menjalani isolasi mandiri karena terjangkit Covid-19, banyak beredar di media sosial, seiring lonjakan Covid-19 di Indonesia. Salah satunya adalah kisah Alviano Dava Raharjo, seorang anak laki-laki dari Kampung Linggang Purworejo, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bocah berusia 10 tahun itu, harus menjalani isolasi tanpa kedua orang tuanya yang meninggal akibat Covid-19.
Diketahui, Vino tertular Covid-19 dari orang tuanya. Namun, di tengah upayanya untuk sembuh, Vino harus kehilangan Sang ibu, Lina Safitri (31) yang meninggal dunia pada 19 Juli lalu. Lina yang sedang mengandung lima bulan meninggal dunia karena menderita komorbid asma. Belum habis rasa bersedih, Vino juga harus kehilangan ayahnya, Kino Rahadjo (31), yang meninggal juga karena Covid-19, satu hari kemudian.
Kedua orang tua Vino merupakan perantau dari Sragen, Jawa Tengah. Ayahnya bekerja sebagai penjual pentol bakso. Saat ini, Vino diawasi oleh pamannya serta beberapa rekan ayahnya dari komunitas pentol bakso, dalam menjalani isolasi mandiri.
Kabar pilu tersebut kemudian viral di media sosial. Banyak pihak dan warganet yang memberikan bantuan dan empati kepada Vino. Pada Rabu (22/7), Kepala Dinas kesehatan Kutai Barat Ritawati Sinaga bersama pejabat terkait termasuk Puskesmas, Koramil, Polsek Tering dan aparat Kampung mengunjungi dan menyerahkan bantuan untuk Vino.
"Memang berdasarkan hasil tes usapnya, ia terkonfirmasi positif dan masuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG)," kata Ritawati Sinaga dalam keterangan rilisnya, Sabtu (24/7).
Ritawati mengatakan, Dinkes melalui Puskesmas Tering akan terus mendampingi dari kesehatannya dengan memberikan bantuan. "Untuk penjagaan, ada pamannya yang menjaga setiap hari dan dipantau oleh Puskesmas serta aparat kampung setempat. Kalau malam paman Vino menjaga di teras rumah sambil menggelar tikar," katanya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan di masa pandemi masih banyak anak-anak yang kehilangan orang tua mereka. Dengan angka kematian Covid-19 di Indonesia yang sudah mencapai lebih dari 80 ribu, diperkirakan dari jumlah itu banyak yang meninggal dalam kondisi masih memiliki anak di bawah umur.
"Ini berarti masih ada anak-anak Indonesia yang nasibnya sama seperti Vino, kehilangan kedua orang tuanya atau kehilangan salah satu orang tuanya. Bisa jadi orang tua yang meninggal justru tulang punggung keluarga," kata Retno kepada Republika.co.id, Sabtu (24/7).
Pandemi Covid-19 muncul sebagai penyebab krisis atas hak anak. Karena kehilangan orang tua, anak-anak akan menjadi sangat rentan tanpa pengasuhan orang tua. KPAI mendorong Pemkab untuk memastikan pemenuhan hak anak-anak yang kehilangan orang tua, seperti pemenuhan keberlangsungan hak atas pendidikan, memastikan mereka dalam pengasuhan oleh keluarga terdekat, dan hak pemenuhan kesehatannya.
"Pengasuhan anak yang kehilangan orang tuanya akibat Covid-19 harus dipastikan pengasuhannya dilakukan oleh kerabat atau keluarga besar mereka. Panti asuhan seharusnya menjadi pilihan terakhir. Penanganan ini tentu memerlukan kehadiran negara serta dukungan APBN dan APBD demi kelangsungan hidup dan masa depan anak-anak yang masih di bawah umur," ujarnya.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto juga mengungkapkan rasa keprihatinannya terhadap kasus ini. Dia meminta kepada semua pihak untuk bertanggung jawab dan selalu melindungi anak-anak.
"Bukan hanya negara yang melindungi anak tapi semua lapisan masyarakat. Jadi, saat anak sedang jauh dari keluarganya mohon orang terdekat tetangganya harus membantu. Ibaratnya, untuk melindungi anak, perlu orang satu kampung," kata Kak Seto.
Selain itu, Kak Seto mengingatkan untuk selalu menerapkan langkah pencegahan demi melindungi anak-anak selama pandemi Covid-19. "Tak hanya berperang melawan disinformasi, kita harus menerapkan langkah preventif. Pemerintah sudah menganjurkan warganya untuk mengikuti pelayanan kewaspadaan, misalnya dengan vaksin. Intinya, jangan sampai anak sendirian," ujarnya.