REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Muhyiddin, Fauziah Mursid, Ronggo Astungkoro
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, mengungkapkan, masih ada kyai yang tidak percaya Covid-19. Bahkan masih ada beberapa kyai yang tidak percaya dengan vaksin.
"Beberapa kiai yang masih tidak percaya dengan adanya Covid-19, masih tidak percaya dengan vaksin, suudzon bahwa vaksin itu merupakan pembantaian massal," kata Said dalam acara doa dan syukur peringatan hari lahir PKB ke-23 yang digelar secara daring, Jumat (23/7).
Menurutnya hal tersebut sangatlah berbahaya. Jika para kyai itu tidak segera disadarkan, bisa berakibat fatal.
"Ada orang nanti memahami bahwa NU tidak nasional, atau malah lebih umum lagi nanti Islam tidak rasional, Islam bertentangan dengan ilmu pengetahuan, Islam tidak realistis, NU tidak realistis, NU berpikir sangat kuno, dan tidak sesuai dengan tuntutan zaman, seperti itu nanti bahayanya," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya meminta agar PKB ikut menyadari para kyai yang masih belum mau untuk divaksin. Said mengaku secara pribadi dirinya tidak henti-hentinya meyakinkan warga NU terkait bahaya Covid-19.
"Virus itu ada, dan sangat bahaya. Maka ayo sukseskan vaksinasi, itu masih ada kyai, ya bukan kyai kecil-lah lagi, bukan kiai imam mushala, yang masih enggak percaya Covid-19, suudzon dengan kebijakan vaksinasi, tolong PKB juga harus menyadarkan bersama-sama," ajaknya.
Sebelumnya, Ketua Umum Rabhithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin atau yang akrab dipanggil Gus Rozin mengimbau kepada pesantren di seluruh Indonesia untuk memperketat protokol kesehatan. Karena, menurut dia, sudah ratusan ulama atau kyai yang wafat diduga kuat akibat Covid-19.
Berdasarkan data yang diperoleh RMI dan jaringan kerjanya, menurut Gus Rozin, saat ini ada peningkatan penularan yang sangat signifikan terhadap para kiai dan pengasuh pesantren, terutama seluruh wilayah Madura dan di daerah lainnya.
Per 30 Juni kemarin saja, angka wafat kiai sudah tembus 541 orang. Menurut Gus Rozin, angka tersebut masih terus bertambah, sehingga pesantren perlu meningkatkan kewasapadaan. “Per 4 Juli kemarin angka wafat kiai sudah tembus 595. Dan per hari ini sudah bertambah lagi sangat banyak,” ucap Gus Rozin, kepada Republika, Selasa (6/7).
Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini menjelaskan, sebenarnya sudah ada kesadaran yang cukup besar di pesantren untuk waspada terhadap penularan Covid-19. “Tapi kondisi setelah lebaran, bosannya masyarakat dengan pandemi dan faktor lain menjadikan ketaatan terhadap protokol kesehatan longgar. Ditambah lagi dengan varian baru covid-19 yang memang tidak terantisipasi dengan baik,” kata Gus Rozin.
Karena itu, Gus Rozin memohon kepada para kyai dan nyai di pesantren untuk tidak menerima tamu dulu di masa darurat ini. Begitu juga kepada para jamaah, alumni dan wali santri untuk tidak mengundang kiai pesantren ke acara yang bersifat massal.
Untuk menjaga para ulama dan kiai di masa pandemi ini, dia pun meminta kepada pemerintah Indonesia mempercepat pelaksanaan vaksinasi untuk masyarakat pesantren. “Percepat pelaksanaan vaksinasi untuk para kiai, guru-guru pesantren dan para santri tanpa memandang domisili dan administrasi yang rumit. Buka lebar-lebar akses vaksinasi dan permudah prosedurnya,” jelasnya.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin pun mengharapkan bantuan para ulama untuk terus menjaga umat di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya untuk terus mengingatkan umat untuk menjaga diri dari penyebaran Covid-19.
"Saya mohon bantuan para ulama untuk menjaga diri dan umat dari wabah, dalam rangka himayatul ummah (menjaga umat) dan juga hifdzun nafs (menjaga jiwa), karena ini menjadi kewajiban kita semua,” kata Wapres dalam siaran persnya saat menerima Pengurus Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah (JATMAN), Kamis (8/7).
Wapres juga berharap peran ulama menjaga umat dari banjir informasi yang cenderung lebih banyak informasi yang buruk, bohong (hoaks), fitnah, ataupun yang bersifat adu domba. Informasi tersebut muncul berseliweran yang dapat menimbulkan terjadinya disinformasi dan berita-berita yang dapat menimbulkan kebingungan.
“Banyak orang memanfaatkan kebingungan masyarakat untuk menyesatkan mereka, bikin mereka sesat, bikin mereka ragu, bikin ketidakpercayaan, dan konflik. Ini penting perannya dalam membangun manusia yang unggul,” kata Wapres.
Untuk itulah, Wapres meminta para ulama turut berperan dalam menjaga umat dari penyebaran berita dan informasi hoaks yang kerap kali mengaburkan kebenaran dan menyesatkan.
“Kyai-kyai, ulama-ulama rabbaniyyin yang awas-awas itulah yang kita butuhkan, yang bisa kontak langsung dengan Allah, yang sudah bisa menerima ilham-ilham, ini yang diperlukan sekarang. Dan, memang Allah memerintahkan kepada kita agar mengajak masyarakat supaya cermat untuk memilah, harus tabayyun dulu," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, pekan lalu, meminta lembaga-lembaga keagamaan dan tokoh agama berperan aktif dalam menangani pandemi. Hal tersebut ia katakan karena melihat semakin maraknya penyebaran berita bohong atau hoaks tentang Covid-19 di tengah masyarakat.
Mahfud mengatakan, ulama dan tokoh agama memiliki peran penting dalam kampanye melawan pandemi Covid-19. Dia meminta para ulama dan tokoh agama untuk ikut menyelamatkan masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dengan mengambil langkah cepat.
"Mari kita selamatkan bersama, kita ambil langkah-langkah cepat agar wabah cepat berlalu," kata Mahfud, Jumat (16/7).
Dia kemudian mengapresiasi sejumlah dai dan tokoh agama yang memberikan pemahaman lewat video-video pendek di media sosial (medsos) dan kemudian menjadi viral. Salah satu contoh yang ia ambil ialah yang dilakukan Ustaz Das’ad Latief dari Makassar dan Tuan Guru Bajang dari NTB.
“Video pendek seperti itu lalu disebarkan di medsos sangat efektif untuk memberi pemahaman kepada ummat dan masyarakat,” ujar Mahfud.