REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republika mengadakan workshop daring untuk guru tentang menulis opini, media digital untuk mengajar, dan teknik presentasi menarik. Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtiaji, mengatakan, guru perlu menyebarkan konten positif di media sosial seperti konten pembelajaran.
Masing-masing media sosial membutuhkan proses kreatif yang tidak sama. Para guru harus memperhatikan fasilitas dari media sosial tertentu untuk memutuskan konten apa yang sesuai untuk disebarkan.
"Kalau kita bikin konten di Instagram, tidak bisa hanya cuma mengandalkan tulisan dalam jumlah yang panjang. Termasuk juga di media online," kata Hasan, dalam pelatihan batch II, Kamis (15/7).
Ia menegaskan, dalam membuat suatu konten jangan sampai mengandung hoaks. Apalagi sengaja membuat kehebohan untuk menipu orang lain. Konten di media sosial akan lebih baik jika mengandung hal-hal positif dan memberikan inspirasi.
"Yang membuat orang lain jadi tersenyum karena mendapatkan pencerahan. Apalagi kalau kemudian konten yang kita bikin itu jadi sesuatu yang viral" kata dia lagi.
Sementara itu, di dalam sesi pelatihan lainnya, Redaktur Pelaksana Republika Subroto Kardjo mengatakan, dalam menulis sebuah tulisan opini harus sesuatu yang bermanfaat. Jangan menulis opini hanya untuk aktualisasi diri. "Kita tahu bahwa ada informasi di situ, ada edukasinya," kata Subroto.
Menulis opini, kata dia, harus dengan pikiran nanti akan dibaca oleh orang lain. Penulis harus memiliki tujuan agar dirinya bisa membagi informasi dan pandangan baru kepada publik. Bukan untuk menunjukkan penulis paling pintar dan tidak dengan bahasa yang menggurui.