Kamis 15 Jul 2021 15:24 WIB

Vaksin Sinovac Dituding tak Ampuh, Ini Penjelasan Satgas

Sinovac secara ilmiah sudah terbukti memiliki kemampuan meredam tingkat keparahan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito
Foto: Satgas Covid-19
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian masyarakat meragukan keampuhan atau efikasi vaksin merek Sinovac dalam melawan Covid-19. Hal ini karena tidak sedikit orang yang tetap terpapar virus corona kendati sudah mendapat suntikan dosis lengkap vaksin Sinovac.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, studi ilmiah sudah membuktikan bahwa apapun merek vaksin Covid-19 memiliki kemampuan untuk meredam tingkat keparahan gejala Covid-19. Ia mengatakan, Sinovac secara ilmiah sudah terbukti memiliki kemampuan tersebut. 

Baca Juga

"Dalam hal ini WHO menyatakan bahwa keberadaan vaksin Covid-19 masih penting terutama dalam meminimalisir gejala yang ditimbulkan," kata Wiku dalam keterangan pers, Kamis (15/7). 

Wiku juga mengutip hasil penelitian kohor terhadap 1,8 juta genome virus Covid-19 dari 183 negara di seluruh dunia. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pasien yang sudah mendapat suntikan vaksin dan kemudian terkonfirmasi positif Covid-19, memperlihatkan adanya penurunan peluang mutasi. 

"Artinya vaksinasi juga berperan penting dalam meminimalisir munculnya varian baru," kata Wiku. 

Wiku mengakui bahwa pemerintah berencana menambah satu dosis suntikan lagi untuk para tenaga kesehatan, yakni dengan vaksin Moderna dari Amerika Serikat. Dosis booster alias penguat ini diharapkan mampu meningkatkan imunitas para nakes terhadap penularan Covid-19. 

"Tapi bagi masyarakat umum, saat ini dua kali dosis vaksin sudah sangat cukup untuk membentuk kekebalan individu. Karena studi ilmiah menunjukkan rata-rata antibodi pada populasi dapat bertahan dalam jangka waktu bulanan bahkan tahunan," kata Wiku. 

Terlepas dari rencana pemberian dosis booster kepada nakes, Wiku menambahkan, pemerintah tetap mengebut program vaksinasi dosis pertama kepada 181,5 juta penduduk Indonesia. Angka ini adalah jumlah minimal penduduk yang harus divaksinasi demi membentuk kekebalan kelompok secara nasional. 

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sempat mengumumkan bahwa total 401 dokter meninggal selama pandemi. Namun, hal yang membuat IDI khawatir saat ini adalah khusus untuk bulan Juni, sudah 27 dokter meninggal, meski mereka telah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dengan dosis lengkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement