Kamis 01 Jul 2021 01:22 WIB

Pakar Perkapalan Analisis Tenggelamnya KMP Yunicee

KMP Yunicee tenggelam di Selat Bali pada Selasa malam.

KRI Rigel-933 melakukan pencarian Kapal Motor Penumpang (KMP) Yunicee yang tenggelam di Selat Bali terlihat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (30/6/2021). KMP Yunicee yang tenggelam pada Selasa (29/6) itu berhasil ditemukan di kedalaman 78 meter sekitar 1,6 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
KRI Rigel-933 melakukan pencarian Kapal Motor Penumpang (KMP) Yunicee yang tenggelam di Selat Bali terlihat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (30/6/2021). KMP Yunicee yang tenggelam pada Selasa (29/6) itu berhasil ditemukan di kedalaman 78 meter sekitar 1,6 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof. I Ketut Aria Pria Utama, FRINA, menganalisis dugaan penyebab tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Yunicee di perairan Selat Bali, Selasa malam (29/6). Ia menyebut, kondisi kapal kelihatannya sudah tua dan kurang terawat.

"Usia kapal memberi pengaruh terhadap ketenggelamannya. Tentu perlu survei dari PT. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)," ujar Prof. Ketut saat dihubungi di Surabaya, Rabu.

Baca Juga

Menurut Prof. Ketut, secara umum umur rata-rata kapal feri adalah 20 tahun, sementara di luar negeri hanya 10 tahun dan dijual. Tetapi, jika dirawat dengan baik, maka kapal bisa dioperasikan sampai 5-10 tahun ke depan.

"Setahu saya, KMP Yunicee ini pun bukan kapal baru karena dibeli dari Korea Selatan," ucap anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) itu.

photo
Polisi mengamati peta lokasi tenggelamnya KMP Yunicee di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Rabu (30/6/2021). Petugas SAR gabungan terus melakukan upaya pencarian korban KMP Yunicee yang tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk pada Selasa (29/6) malam dan telah menemukan tujuh jenazah korban meninggal dalam peristiwa tersebut. - (Antara/Fikri Yusuf)

Prof. Ketut memaparkan, dilihat dari foto, pintu rampa kapal sudah ditutup dengan kedap, sesuai dengan standar. Lalu, mengapa kapal itu bisa tenggelam?

"Hanya ada satu jawaban, yakni air masuk. Tapi, bagaimana caranya air masuk. Ada beberapa kemungkinan soal itu," kata Vice President the Royal Institution of Naval Architects (RINA) Regional Asia itu.

Prof. Ketut mencontohkan, saat peristiwa kapal tenggelam, salah satunya di Teluk Bone, Sulawesi, kapal tidak mengalami kebocoran. Air masuk karena gelombang laut yang besar melalui pintu rampa yang tidak kedap lalu pelan-pelan masuk karena keteledoran kru kapal sehingga ruang mesin dipenuhi air dan membuat kapal terbalik.

"Dari insiden kapal tenggelam ini kemungkinannya juga karena nakhoda tidak memerhatikan jika kapal sudah kandas. Ada di daerah yang tidak rata, mengenai kapal dan membuatnya robek dan membuat air masuk," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement