REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Rr Laeny Sulistyawati, Adysha Citra Ramadhani
Langkah Indonesia memvaksinasi anak di rentang usia 12-17 tahun dengan vaksin Sinovac semakin mantap menyusul terbitnya hasil uji coba CoronaVac di jurnal medis ternama, Lancet. Laporan tersebut diharap meningkatkan kepercayaan publik dalam program vaksinasi Sinovac.
China melaporkan hasil uji klinisnya ke jurnal ilmiah internasional karena akan segera memperluas penggunaan vaksin Covid-19 untuk anak di bawah umur guna membantu membangun kekebalan kelompok. Laporan pertama Sinovac tentang uji vaksin Covid-19 kepada anak di jurnal Lancet dipandang sebagai kabar baik.
Rilis Sinovac mencakup imunogenisitas dan keamanan vaksin Covid-19 yang diuji pada anak di bawah umur berusia 3-17 tahun. Vaksin CoronaVac yang dikembangkan oleh produsen farmasi China Sinovac menunjukkan keamanan, tolerabilitas, dan imunogenisitas untuk kelompok tersebut.
Laporan ini meningkatkan kepercayaan publik dalam meluncurkan vaksinasi bagi anak-anak. Menurut Komisi Kesehatan Nasional (NHC), tercatat lebih dari 1,2 miliar suntikan telah diberikan di China hingga Senin lalu.
"CoronaVac ditoleransi dengan baik pada anak-anak dan remaja berusia 3-17 tahun, dan menginduksi respons imun yang kuat, yang sangat menggembirakan. Kami akan melakukan studi populasi multi-etnis skala besar lebih lanjut untuk memberikan data berharga bagi strategi imunisasi anak-anak dan remaja," kata manajer umum Sinovac, Gao Qiang, dalam pernyataan yang dilansir dari Global Times pada Rabu (30/6).
Hasil uji coba Sinovac diterbitkan dalam The Lancet Infectious Diseases yang merupakan jurnal penyakit menular klinis terkemuka. Hasil menunjukkan titer antibodi penetral yang diinduksi oleh dosis 3,0μg lebih tinggi daripada dosis 1,5μg. Hasilnya mendukung penggunaan dosis 3,0 g dengan jadwal dua imunisasi untuk studi lebih lanjut pada anak-anak dan remaja.
Qiang percaya hasil vaksin Sinovac akan menginspirasi uji coba vaksin Covid-19 lainnya yang sedang berlangsung pada anak-anak di bawah 12 tahun dan meningkatkan kepercayaan publik dalam memberikan suntikan kepada anak-anak seusia itu. "Tetapi publik juga sepakat kehati-hatian harus digunakan untuk mengevaluasi efek jangka panjang dari vaksin pada perkembangan anak-anak karena masih menjadi topik kontroversial di antara ilmuwan global dan pemerintah apakah akan memvaksinasi anak di bawah umur karena kurangnya pengamatan jangka panjang," papar Qiang.
Mengingat populasi besar di China dan ancaman varian Delta, ahli epidemiologi terkemuka China, Zhong Nanshan, memperkirakan akan membutuhkan setidaknya 80 persen orang China untuk divaksinasi guma mencapai kekebalan kelompok. Menurut hasil sensus penduduk China sekali dalam satu dekade yang dirilis pada Mei, orang berusia 14 tahun ke bawah menyumbang 17,95 persen dari total 1,412 miliar penduduk daratan China pada 2020.
Di luar China, Indonesia bukan satu-satunya negara yang akan menggunakan Sinovac bagi anak-anak. Kementerian Kesehatan Filipina, dikutip dari laman ABS-CBN News, mengatakan sedang menimbang penggunaan Sinovac di anak-anak.
Langkah tersebut dilakukan Filipina setelah China menyetujui penggunaan darurat Sinovac untuk anak usia 3-17 tahun. "Jika Sinovac memiliki cukup banyak bukti, melengkapi uji klinisnya dan mengajukan aplikasi revisinya untuk digunakan secara darurat di Filipina, pakar kami akan mengujinya," ujar Jubir Kementerian Kesehatan Filipina, Maria Rosario Vergeire.
Seperti Indonesia, Filipina juga sedang mengejar bisa mencapai herd immunity hingga akhir tahun. Targetnya kekebalan kelompok Filipina bisa tercapai di angka 70 juta jiwa divaksinasi. Hingga awal Juni, sebanyak 5,3 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Filipina.