Rabu 30 Jun 2021 09:29 WIB

Presiden BEM Unsri Puji Kreativitas BEM UI Kritik Jokowi

Peretasan medsos lima pengurus BEM UI merupakan pembungkaman kebebasan gaya baru.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sriwijaya (BEM Unsri), Dwiki Sandy.
Foto: Dok
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sriwijaya (BEM Unsri), Dwiki Sandy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sriwijaya (BEM Unsri) ikut bersolidaritas terhadap perjuangan BEM Universitas Indonesia (UI) yang mendapat tekanan dari rektorat maupun pemerintah pusat. Presiden BEM Unsri Dwiki Sandy mendorong unggahan BEM UI berupa meme yang menjuluki Jokowi sebagai The King of Lip Service, layak diapresiasi.

Dwiki menjelaskan, kritik tersebut merupakan bentuk aksi kreatif yang dilakukan oleh BEM UI. Hal tersebut biasa terjadi dalam dunia aktivisme mahasiswa. Dia menyebut, meme berisi sarkasme ataupun satire semacam itu adalah bagian dari gerakan mahasiswa era baru.

"Viralnya posting-an BEM UI menandakan bahwa kita bisa tetap memberikan kritik dan melakukan kontrol sosial meskipun dalam kondisi pandemi sekali pun tanpa harus membahayakan kesehatan," kata Dwiki dalam pernyataan yang dikirim ke Republika di Jakarta, Rabu (30/6).

Menurut Dwiki, respon yang dilakukan oleh rektorat dengan memanggil pengurus BEM UI pada hari libur, sangat berlebihan. Apalagi, media sosial pengurus BEM UI ikut diretas usai mengkritik pemerintah.

"Terutama peretasan terhadap lima pengurus BEM UI merupakan bentuk pembungkaman kebebasan gaya baru terhadap kritik yang dilayangkan pada pemerintah," ujar Dwiki.

Dia pun siap menyoroti berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap bertentangan dengan demokrasi. "Kami bersama BEM UI untuk terus mengawal isu-isu kerakyatan dan melawan segala bentuk pembungkaman kebebasan berpendapat," kata Dwiki.

Dia juga berharap, tidak ada lagi pembungkaman suara kritis mahasiswa. "Terakhir, kami berharap iklim demokrasi di negara kita terus meningkat, kritik semacam ini harusnya dimaknai sebagai kritik konstruktif bukan sebagai bentuk penghinaan apalagi dianggap tidak memiliki etika dan moral," ucap Dwiki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement