REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat, per 1 Juni 2021, sebanyak 374 dokter meninggal dunia akibat Covid-19. Kemudian dari 2 Juni hingga sekarang, IDI telah menerima laporan ada 26 dokter yang juga meninggal karena Covid-19.
"Sedang dalam verifikasi yang 26 meninggal itu, apakah betul-betul karena Covid atau ada faktor yang lain," ujar Ketua IDI Daeng M Faqih dalam diskusi bertajuk 'Covid Gawat Darurat', Sabtu (26/6).
Dia mengatakan, setiap ada lonjakan kasus Covid-19 dan kapasitas rumah sakit hampir penuh, risiko terpapar virus corona bagi para dokter termasuk tenaga kesehatan makin tinggi. Dia menghitung sudah lima kali terjadi kondisi di mana lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan peningkatan jumlah nakes yang jatuh sakit bahkan meninggal dunia.
Menurut Daeng, sejumlah pihak perlu memikirkan solusi agar kondisi tersebut tidak terus berulang. Program vaksinasi Covid-19 bagi para tenaga medis memang membentuk antibodi dalam tubuh, tetapi vaksin tidak 100 persen dapat memproteksi dari paparan virus corona.
Buktinya ada nakes yang sudah divaksin tetapi masih terinfeksi Covid-19 bahkan hingga meninggal dunia. Daeng mengatakan, tenaga medis memerlukan proteksi berlapis seperti jaminan ketersediaan alat pelindung diri (APD) untuk protokol kesehatan, bantuan suplemen dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, serta tidak memforsir nakes bekerja demi menghindari mereka kelelahan fisik dan mental di tengah lonjakan kasus Covid-19.
"Kalau diforsir ini berat, akibatnya nanti kalau ambruk tenaga kesehatannya, bukan kita sangat ego ke badan kita tidak, yang dipikirkan juga pelayanan bisa terhenti," kata Daeng.
Ketika tenaga medis terinfeksi Covid-19, mereka harus menjalankan isolasi mandiri selama 14 hari. Dengan demikian, jumlah tenaga kesehatan berkurang dan dapat menghambat penanganan dan perawatan pasien Covid-19.
Dia juga berharap dilakukan sterilisasi secara berkala di tempat kerja nakes, terutama sterilisasi udara. Pasalnya, lingkungan kerja mereka sangat rentan dari penyebaran virus yang bisa saja dengan mudah menyerang tubuh saat mereka lengah sedikit.
"Sekarang ini memang kawan-kawan agak kewalahan sehingga ada strategi yang harus dilakukan. Strateginya memang harus menambah tenaga kesehatan, kalau kami tenaga dokter," tutur Daeng.