REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Rizky Jaramaya, Dian Fath Risalah, Antara
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai Indonesia kini tengah menuju gelombang keempat infeksi Covid-19. Artinya, jumlah kasus infeksi Covid-19 banyak terjadi meskipun yang terdeteksi sedikit karena terbatasnya pemeriksaan.
"Indonesia sedang mengarah ke gelombang keempat Covid-19. Saat ini kan anak tangga awal (menuju gelombang keempat), tetapi potensinya tidak seperti saat varian Delta atau Alfa menyerang," kata Docky saat dihubungi Republika, Kamis (30/6/2022).
Fenomena gelombang infeksi keempat, dia melanjutkan, kasus infeksi Covid-19 berjumlah banyak walaupun yang terdeteksi sedikit. Sebab, ia menjelaskan ketika berbicara kasus Covid-19 maka ini tentu terkait dengan kemampuan tes dan pelacakan. Di tengah terbatasnya jumlah tes dan pelacakan ini, ia memprediksi jumlah kasus infeksi yang ada di masyarakat banyak namun tak terdeteksi.
"Sehingga, (jumlah) puncak kasus Covid-19 tidak diketahui," ujarnya.
Walaupun seharusnya, dia melanjutkan, kasus Covid-19 secara teoritis lebih banyak karena Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 bukan hanya menginfeksi orang yang belum divaksin, melainkan juga yang sudah disuntik vaksin Covid-19 dua atau tiga dosis. Dicky menyontohkan di banyak negara, banyak penduduknya mengalami infeksi berulang (reinfeksi), bahkan jumlahnya lebih tinggi saat varian delta.
Tetapi lagi-lagi, ia mengingatkan ini terkait dengan pemeriksaan aktif dan masyarakat yang memiliki perilaku bersedia melakukan tes Covid-19.
"Masalahnya dengan modal imunitas yang ada di Indonesia, mayoritas (yang terinfeksi Covid-19) tak bergejala. Mereka yang tertular tak merasa membawa virus, merasa hanya sakit flu saja," ujarnya.
Oleh karena itu, ia meminta saat ini yang esensial untuk diamati adalah indikator keparahan dan kesakitan di rumah sakit. Atau pemerintah juga memonitor yang masuk rumah sakit dengan gejala hingga angka kematian.
Dicky meminta pemerinrah harus mengamatinya dan menperkuatnya dengan surveillans genomik. Sebagai upaya mitigasi, ia merekomendasikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih penting untuk tetap diterapkan.
"Kalau status pandemi belum dicabut maka kenapa PPKM dicabut," ujarnya.
Ia meminta PPKM tetap diberlakukan dengan penguatan penerapan kepatuhan dan memberikan kesadaran literasi masyarakat terhadap protokol kesehatan. Upaya-upaya ini juga ditambah dengan mengakselerasi vaksinasi Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, jumlah kasus baru Covid-19 naik 18 persen dalam sepekan terakhir di sejumlah negara di dunia. WHO menerima laporan lebih dari 4,1 juta kasus Covid-19 secara global.
Dalam laporan mingguan terbaru, badan kesehatan Amerika Serikat (AS) mengatakan, jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia tetap relatif sama dengan pekan sebelumnya, yaitu sekitar 8.500 jiwa. Kematian terkait Covid-19 meningkat di tiga wilayah yaitu Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika.
Kenaikan kasus Covid-19 mingguan terbesar terlihat di Timur Tengah, yaitu meningkat sebesar 47 persen. Sementara kasus Covid-19 di Eropa dan Asia Tenggara masing-masing meningkat sekitar 32 persen, serta AS naik 14 persen.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kasus Covid-19 meningkat di 110 negara. Sebagian besar peningkatan kasus didorong oleh varian omicron BA.4 dan BA.5.
“Pandemi ini berubah, tetapi belum berakhir,” kata Tedros, dilansir Alarabiya, Kamis.