Selasa 22 Jun 2021 22:38 WIB

Nyaris Penuhnya RS Gambarkan Gawatnya Kondisi Pandemi di DKI

Angka keterisian RS rujukan Covid-19 di Jakarta telah mencapai 90 persen.

Petugas Kepolisian menutup akses jalan di kawasan Bulungan saat jam pembatasan kegiatan masyarakat di Jakarta, Selasa (22/6). Polda Metro Jaya melakukan penutupan 10 ruas jalan di Jakarta pada pukul 21.00 hingga 04.00 WIB mulai hari ini Senin 21 Juni 2021 dalam rangka pembatasan kegiatan masyarakat mengingat kasus positif Covid-19 harian di Jakarta mengalami peningkatan. Republika/Thoudy Badai
Foto:

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) khawatir jika kondisi seperti saat ini terus terjadi hingga sepekan mendatang, rumah sakit (RS) tidak bisa merawat pasien baru. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia G Partakusuma mengatakan, BOR di Jakarta kini mencapai 86 persen. Tak hanya Jakarta,  ia menyebutkan BOR di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) juga mendekati 90 persen.

"Kalau kondisi sekarang tidak berubah hingga sepekan mendatang, maka RS tidak bisa merawat pasien baru. Kami hanya bisa merawat dan memberi pelayanan kesehatan yang suda dirawat di rumah sakit," ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa (22/6).

Lia menggambarkan di Jakarta, sebanyak 20-30 orang harus antre terlebih dahulu untuk masuk RS dan dirawat sebagai pasien Covid-19. Bahkan, banyaknya antrean, membuat beberapa rumah sakit sampai terpaksa memasang tenda.

"Kalau mereka (calon pasien) berusaha masuk tetapi tidak bisa, dirujuk juga tidak bisa karena penuh juga sehingga menunggu di tenda atau IGD dengan fasilitas seadanya,"  katanya.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) pun juga khawatir. Terus bertambahnya pasien akibat laju kencang penularan Covid-19 dikhawatirkan akan melebihi kapasitas pelayanan RS.

"Kondisi terus meningkatnya pasien bisa melebihi kapasitas pelayanan. Sehingga, akan ada orang yang sakit yang kesulitan mencari tempat perawatan," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika, Selasa (22/6).

Untuk menghadapi kondisi ini, Daeng meminta pemerintah provinsi harus menyiapkan penambahan tempat perawatan untuk antisipasi. Terkait pemprov DKI Jakarta sudah menambah tempat tidur, Daeng meminta upaya itu harus terus dilakukan.

Selain itu,  dia melanjutkan, penyediaan selter isolasi mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) juga harus dilakukan. Ia menambahkan, penyediaan selter ini untuk menjaga agar tidak semua orang berobat ke rumah sakit.

"Oleh karena itu, IDI dan organisasi profesi lain seperti Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah koordinasi untuk menambah relawan tenaga kesehatan (nakes)," ujarnya.

In Picture: Pembatasan Jam Operasional Pusat Perbelanjaan

photo
Pengunjung berjalan di depan gerai yang ada di pusat perbelanjaan Sumarecon Mal Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (22/6/2021). Pemerintah lewat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan penguatan PPKM Mikro salah satunya kembali memberlakukan pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan yang hanya boleh beroperasi hingga pukul 20.00WIB. - (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL)

 

 

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani khawatir sistem layanan kesehatan akan benar-benar kolaps. Sebab, dia melanjutkan, dengan angka kasus saat ini, sudah banyak BOR yang kemudian mendekati angka maksimal dan tempat isolasi juga diisi banyak pasien.

Kemudian dampaknya adalah petugas permakaman juga kewalahan. Bahkan ia sempat melihat ada yang mengunggah foto membawa jenazah pasien Covid-19 yang tidak lagi digunakan ambulans, tetapi menggunakan truk karena banyak jenazah yang harus diantar.

"Ini yang sangat miris sebetulnya kalau melihat kondisi ini. Saya kira pemerintah harusnya lebih mengedepankan masalah kesehatan dibandingkan ekonomi," katanya.

Laura meminta pemerintah kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), terutama pada warga DKI Jakarta. Laura berkaca dari PSBB pada awal pandemi yang terbukti berhasil menurunkan kasus Covid-19.

"Kuncinya adalah mobilisasi masyarakat, begitu ada peningkatan mobilisasi maka virusnya lebih mudah menyebar. Apalagi kita tidak tahu apakah ada varian baru virus yang tentunya dengan kondisi mobilisasi yang dikatakan normal padahal peningkatan kasusnya akan berlipat-lipat," katanya.

Adapun, Satgas Penanganan Covid-19 mengingatkan rumah sakit di daerah dengan lonjakan kasus tinggi agar melakukan konversi tempat tidur, dari yang sebelumnya untuk perawatan reguler menjadi ruang perawatan pasien Covid-19. Langkah ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari tingginya kebutuhan ruang perawatan bagi pasien Covid-19.

"Atau menyediakan fasilitas isolasi terpusat di masing-masing wilayah agar beban dapat terbagi dan rumah sakit tidak kewalahan menangani pasien," kata Wiku.

Satgas juga meminta pemerintah daerah meningkatkan kualitas layanan pasien Covid-19 di fasilitas rujukan. Wiku mengutip rekomendasi dari lima organisasi profesi kedokteran yang menyebutkan bahwa pasien yang sudah mengalami perbaikan gejala bisa segera dirujuk untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Agar kapasitas rumah sakit menjadi lebih besar dan mampu menampung pasien dengan gejala sedang berat lain," kata Wiku.

photo
Infografis angka kesembuhan menurun namun kasus positif melonjak - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement